Rabu 24 Apr 2019 15:36 WIB

Mengapa Banyak Petugas KPPS Meninggal? Ini Kata Bawaslu

Ada petugas yang menunggu logistik pemilu sampai pagi hari.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Teguh Firmansyah
Warga memasukkan surat suara Pemilu pada Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 71 Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (24/4/2019).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Warga memasukkan surat suara Pemilu pada Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilu 2019 di TPS 71 Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (24/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Rahmat Bagja,  mengungkapkan penyebab petugas kelompok penyelenggara pemungutan  suara (KPPS) sakit hingga meninggal. Menurutnya, persoalan distribusi logistik seperti surat dan kotak suara menjadi salah satu pemicu hal tersebut.

"(KPU) buka saja kalau memang ada masalah untuk logistik. Tapi bukan kemudian ini curang. Ini masalah yang menjadi  pemicu teman-teman kelelahan itu salah satunya adalah permasalahan logistik yang harus ditunggu. Ini ada kejadiannya," ujar Bagja ketika dijumpai di Kantor Bawaslu, Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (24/4).

Baca Juga

Dia melanjutkan, di lapangan ada kejadian logistik tertukar dan  adapula logistik yang menjadi rebutan.  Selain itu, ada KPPS yang menjaga logistik sejak pukul 22.00 malam atau pukul 24.00 malam sampai pagi hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara. 

"KPU harus buka-bukaan soal masalah itu. kenapa ada yang menunggu logistik dari jam 22.00 atau jam 24.00 malam sampai jam 04.00 pagi dan kemudian harus bertugas dari jam 07.00 pagi lagi," tegas Bagja.

Kelelahan itu bertambah saat KPPS harus melayani pencoblosan hingga menyelesaikan penghitungan hasil pemungutan suara. 

''Menghitung  kalau presiden gampang hanya satu lembar HVS. Kalau DPR kan harus di balik lagi dan itu memerlukan waktu. Misalnya jaraknya tiga meter  antara saksi dengan KPPS yang menghitung. Itu pasti tidak bisa terbaca. Maka harus mendekat dan itu salah satu yang membuat teman-teman juga kelelahan," tambah Bagja.

Sebelumnya, komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU),  Viryan, mengatakan jumlah kelompok panitia pemungutan suara (KPPS)  yang meninggal saat bertugas kembali bertambah. Hingga Selasa (23/4) sore,  sebanyak 119 orang KPPS gugur saat bertugas melaksanakan Pemilu 2019.

"Berdasarkan  data yang kami  himpun hingga pukul 16.30 WIB, petugas  kami yang mengalami  musibah ada 667 orang. Sebanyak 119 meninggal  dunia, kemudian

548 jatuh sakit, " ujar Viryan saat dijumpai wartawan di Kantor KPU,  Menteng,  Jakarta Pusat, Selasa sore.

Seluruh KPPS yang mengalami musibah ini tersebar di 25 provinsi.  Menurut Viryan, semua petugas tersebut akan mendapat jaminan santunan dari pemerintah.

Sebab,  Menteri Keuangan  (Menkeu) Sri Mulyani sudah menyatakan akan memberikan  dukungan santunan. "Kemenkeu  kan sudah memberikan pernyataan akan memberikan santunan. Kami apresiasi juga  sudah ada beberapa pemerintah provinsi yang juga menyatakan akan ikut  memberikan santunan," jelas Viryan. 

Pemberian santunan ini, kata dia,  akan menjadi prioritas KPU.  Teknis penyaluran santunan saat ini sedang dibahas oleh  bagian keuangan KPU. 

Viryan mengungkapkan saat ini proses rekapitulasi  hasil pemilu sudah sampai tingkat kecamatan.  Karena itu,  KPU berharap tidak ada lagi korban jiwa yang gugur saat menyelesaikan  tugasnya. 

"Kami harap tidak ada lagi korban meninggal  dunia atau sakit. Kemarin kami juga menyampaikan  dan mendapat respons positif  dari Kemenkeu soal bantuan kesehatan di kecamatan. Kami ucapkan terimakasih kepada Kemenkeu yang mendukung santunan atau layanan kesehatan kepada jajaran  kami di kecamatan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement