Rabu 24 Apr 2019 08:18 WIB

Pengamat: Pemilu Serentak Pecah Konsentrasi Pemilih

Pemilih lebih cenderung mengutamakan pilpres dibanding pileg.

Pasangan penyandang diasabilitas Moko (43 tahun) dan Kiki (35 tahun) membawa surat suara pemilu 2019 beseta alat bantu menuju bilik suara, di TPS 007, komplek Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Kota Bandung, Rabu (17/4).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pasangan penyandang diasabilitas Moko (43 tahun) dan Kiki (35 tahun) membawa surat suara pemilu 2019 beseta alat bantu menuju bilik suara, di TPS 007, komplek Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Kota Bandung, Rabu (17/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik(FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Dr Budi Suryadi mengatakan, Pemilu 2019 yang menggabungkan pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) telah memecah konsentrasi pemilih.

Menurut Budi di Banjarmasin, Selasa (23/4), pemilu serentak membuat masyarakat tidak bisa fokus terhadap keduanya bahkan pemilih cenderung mengutamakan Pilpres dan terlihat mengabaikan pileg.

Baca Juga

"Konsentrasi pemilih yang lebih banyak ke arah pilpres dibandingkan pileg, bakal memunculkan permasalahan tersendiri ke depannya," katanya.

Padahal, tambah dia,pilpres maupun pileg sama pentingnya dalam politik dan bagi masa depan bangsa serta keberlangsungan pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Karena banyak pemilih yang konsentrasinya pada pilpres, membuat masyarakat tidak lagi melihat program caleg, tetapi pemilih cenderung hanya mengutamakan hubungan emosional baik ke caleg maupun partai.

Menurut Budi, ke depan sistem tersebut harus diubah, pelaksanaan pilpres dan pileg harus dipisah. Dengan begitu berbagai kelemahan yang terjadi saat ini, seperti kebingunan pemilih karena terlalu banyak kertayang harus dicoblos, petugas yang kecapaian dan berbagai persoalan teknis lainnya bisa diminimalisasi.

Pemilu serentak, tambah dia, harus didefinisikan ulang dengan dua kategori, yaitu pilpres diserentakkan dengan pilkada dan pileg diserentakkan dengan DPD.

"Secara garis besar, pascapemilu tahun ini banyak pelajaran politik yang berharga dari partisipasi politik yang meningkat tajam mencapai 80 persen, juga karena adanya dukungan dari perubahan sistem penempatan TPS," katanya.

Terkait hitung cepat yang dilakukan lembaga survei di wilayah Kalsel, yang mengunggulkan capres 02, Budi meminta sebaiknya semua pihak menunggu saja hasil resminya Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Melihat pengalaman lalu Pemilu 2014, kedua capres amat bersaing ketat yang hasil resminya dimenangkan Prabowo dengan skor cukup tipis hanya kurang 1 persen. Jadi,prediksinya yang jelas persaingannya akan ketat, paling tidak selesih suara di antara paslon tidak akan terlalu besar," katanya

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement