Rabu 24 Apr 2019 00:15 WIB

TKN: KPU Salah Input Tinggal Diperbaiki

Hindari segala pembentukan opini Pilpres 2019 dipenuhi kecurangan.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah petugas saat menginput data formulir C1 (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah petugas saat menginput data formulir C1 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Program Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Aria Bima menanggapi kesalahan input yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal itu, menurutnya bukan merupakan bentuk kecurangan. "Salah input tinggal diperbaiki, publik bisa cek sendiri. Semua serba transparan,” tegas Aria di Jakarta, Selasa (23/4).

Aria mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari segala pembentukan opini Pilpres 2019 dipenuhi kecurangan. Justru, lanjutnya, kubu 02 yang patut dicurigai merekayasa kecurangan pemilu.

Baca Juga

Aria mempertanyakan keberadaan saksi kubu 02 di lokasi penghitungan suara. Ia menuding, kubu 02 tidak menempatkan saksi untuk mengawal perhitungan suara secara berjenjang.

“Kenapa mereka gak tempatkan saksi di daerah saat penghitungan suara berjenjang? Mereka tutupi kecurangan di daerah kemenangan. Tapi nilai KPU salah input data bentuk kecurangan terstruktur," katanya.

Sebelumnya, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mencurigai adanya upaya penyelarasan antara Sistem Perhitungan Suara di Laman Komisi Pemilhan Umum (Situng KPU) dan hasil quick count Pilpres 2019 versi banyak lembaga survei. Direktur Informasi dan Teknologi (IT) BPN, Agus Muhammad Maksum menyatakan kecurigaan tersebut setelah melihat hasil pendataan berjalan Situng KPU.

Agus mengatakan, dari penelusuran BPN, pola pendataan hasil suara yang dilakukan KPU dalam Situng-nya, memprioritaskan daerah-daerah kemenangan paslon pejawat 01, Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin. Bahkan kata Agus, hasil suara ada yang dipaksakan meski belum ada C1-nya atau rekapitulasi pemungutan suara di tempat pemungutan suara (TPS).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement