Selasa 23 Apr 2019 15:47 WIB

Pengawas Pemilu di Jember Keguguran karena Kelelahan

Pengawas itu bekerja sejak Rabu hingga Kamis dini hari.

Pekerja memasukkan logistik Pemilu ke truk sebelum didistribusikan di gudang logistik KPU Jember, Jawa Timur, Selasa (9/4/2019).
Foto: Antara/Seno
Pekerja memasukkan logistik Pemilu ke truk sebelum didistribusikan di gudang logistik KPU Jember, Jawa Timur, Selasa (9/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Seorang pengawas pemilu di TPS 10 Desa Seruni, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Dewi Lutfiatun Nadhifah (30 tahun), keguguran karena kelelahan usai mengawasi TPS di desa itu. Ia bekerja sejak pukul 06.00 WIB Rabu (17/4) hingga Kamis (18/4) dini hari.

Paling tidak 91 petugas KPPS/PPS kehilangan nyawanya dalam tugas melaksanakan Pemilu 2019. Sekitar 370 orang dirawat di rumah sakit, bunuh diri atau mencoba bunuh diri, keguguran, dan lain sebagainya. Belum lagi polisi yang gugur dalam tugas negara itu.

Baca Juga

Berangkat dari itu, berkembang wacana dan evaluasi menyeluruh atas pelaksanaan pemilu, mulai dari pelibatan tenaga medis hingga pemisahan pelaksanaan pemilu untuk tingkat nasional dan pemilu di tingkat daerah. "Kondisinya masih lemah dan perlu banyak istrirahat pascakeguguran, namun kondisinya sudah membaik," kata Anggota Badan Pengawas Pemilu Jember, Devi Aulia Rahim, usai menjenguk Dewi di rumahnya di Desa Seruni, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember, Selasa (23/4).

Ia mengatakan Dewi yang bertugas sebagai pengawas TPS 10 di Desa Seruni awalnya mengalami sedikit pendarahan pada Kamis dini hari (18/4) usai mengawasi pemungutan suara di TPS. Pendarahan terus terjadi yang disertai dengan kondisi sakit perut sehingga diperiksakan ke dokter untuk memastikan kesehatannya.

"Dokter menyampaikan usia kandungan Dewi hampir tujuh pekan dan janinnya masih bisa bertahan, namun sepulang dari dokter terjadi pendarahan lagi hingga pengawas TPS itu mengalami keguguran karena kelelahan," ujarnya.

Ia sangat berduka-cita mendalam atas peristiwa itu. Dewi terpaksa harus kehilangan calon anaknya yang kedua setelah tujuh tahun menunggu demi mengawal proses demokrasi di TPS 10 Desa Seruni.

"Berdasarkan catatan kami, ada beberapa pengawas pemilu yang pingsan hingga sakit dan dirawat inap di Puskesmas atau rumah sakit karena kelelahan bekerja melakukan pengawasan di TPS, desa/kelurahan hingga kecamatan," katanya.

Beberapa pengawas yang sakit karena kelelahan di antaranya dua orang pengawas TPS di Kecamatan Jenggawah, satu pengawas pemilu tingkat kelurahan di Kecamatan Kaliwates harus menggunakan infus di rumah, satu staf Panwas Kecamatan Arjasa yang sakit, dan satu anggota Panwas Kecamatan Wuluhan harus mendapatkan suntikan dari dokter setiap 12 jam sekali. Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu, Muhammad,menilai penghargaan negara terhadap penyelenggara pemilu di tingkat kecamatan hingga ke bawah masih kurang karena honor yang diterimanya masih jauh dari kata layak.

"Kami ikut berduka cita terhadap penyelenggara pemilu dan pengawas yang tumbang, sakit, hingga meninggal dunia karena proses pemilu. Mereka adalah pahlawan, namun saya melihat penghargaan negara belum memadai," katanya saat mengunjungi Kantor KPU dan Bawaslu Jember.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement