Selasa 23 Apr 2019 09:09 WIB

3 KPPS di Banyumas Meninggal Setelah Pemilu

Salah seorang anggota KPPS meninggal karena kecelakaan.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Disela-sela bertugas, Para anggota KPPS di RW 01, Kelurahan Nyengseret,  Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung mencari waktu untuk beristirahat  dimanapun. Waktu pnyelenggaraan pemilu yang ketat membuat waktu istirahat  menjadi berkurang.
Foto: Foto: Angga Nugraha
Disela-sela bertugas, Para anggota KPPS di RW 01, Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung mencari waktu untuk beristirahat dimanapun. Waktu pnyelenggaraan pemilu yang ketat membuat waktu istirahat menjadi berkurang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Anggota KPPS (Kelompok Petugas Pemungut Suara) yang meninggal dunia akibat kelelahan, juga terjadi di  wilayah Banyumas. Ketua KPU Banyumas Imam Arif Setiadi, menyebutkan pihaknya menerima laporan ada tuga orang petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia setelah menjalankan tugas.

''Menjadi anggota KPPS memang sangat menguras tenaga dan fikiran. Kami ikut prihatin dan menyampaikan belasungkawa terhadap keluarga petugas yang meninggal dunia,'' kata Imam, Senin (22/4).  

Menurutnya, petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia terdiri dari Sopiah, petugas KPPS di TPS 09 Desa Banjarsari Kidul Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas, Slamet yang merupakan anggota linmas di TPS 09, Kelurahan Kober, Purwokerto Barat, dan Sudiran, anggota Linmas di TPS Desa Cikakak Kecamatan Wangon.

''Anggota KPPS Sopiah, meninggal setelah mengalami kecelakaan di jalan raya. Diduga, korban mengalami kecelakaan akibat kelelahan setelah bertugas sebagai KPPS,'' jelasnya.

Sedangkan untuk dua petugas linmas yang meninggal, menurut Imam, disebabkan karena kelelahan setelah bertugas selama beberapa hari terus-menerus. Terkait kejadian Imam, mengaku masih melakukan pendataan secara menyeluruh terhadap kondisi KPPS, PPS dan PPK yang bertugas. Termasuk terhadap keluarga petugas yang meninggal, dia berharap ada santunan yang bisa diberikan pada keluarga mereka.

Warsiti, isteri almarhum Slamet menyebutkan, sebelumnya suaminya meninggal pada Ahad (21/4) siang, korban mengaku pusing sehingga tiduran di rumahnya. Namun pada siang hari, tubuhnya panas hingga kejang-kejang. ''Saat itu, suami saya langsung dibawa ke RSU Margono Seokarjo. Namun aakhirnya suami saya meninggal,'' jelasnya.

Dia menyebutkan, selain bertugas sebagai anggota linmas, sehari-hari Slamet juga berprofesi sebagai pengayuh becak. Namun pada saat pelaksanaan pencoblosan pemilu, suaminya sudah bertugas sebagai linmas di TPS 09 sejak sehari sebelum pelaksanaan pencoblosan.

''Suami saya tiga hari-tiga malam menunggui di TPS sehingga kurang tidur. Kalau pun pulang, hanya sekadar mandi kemudian berangkat lagi ke TPS. Mungkin karena kelelahan kurang tidur, suami saya sakit hingga meninggal,'' ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement