Senin 22 Apr 2019 18:49 WIB

Ini Kunci Kemenangan Jokowi-Ma’ruf di Jatim

Yenny Wahid memang salah satu faktor penentu kemenangan Jokowi.

Calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin berbincang usai pertemuan koalisi dengan pimpinan partai yang tergabung Koalisi Indonesia Kerja di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2019).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin berbincang usai pertemuan koalisi dengan pimpinan partai yang tergabung Koalisi Indonesia Kerja di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu kunci kemenangan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Jawa Timur (versi quick count) adalah bersatunya kiai-kiai kampung. Hal tersebut semakin solid setelah putri almarhum Gus Dur, Yenny Wahid, beberapa kali turun ke Jawa Timur membawa jaringan Gus Dur-nya.

Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga, Surabaya, Suko Widodo mengatakan, istilah kiai kampung, lanjut Suko, menunjuk pada kiai-kiai di pondok pesantren kecil yang selama ini tidak menjabat dalam struktur kepengurusan NU. Di Jawa Timur, populasi kiai kampung ini sangat banyak.

”Gus Dur memang dikenal dekat dengan massa akar rumput NU. Bahkan, istilah kiai kampung itu sendiri dicetuskan oleh Gus Dur,” ujar Suko dalam rilisnya, Senin (22/4).

Ditambahkan, elite Jakarta praktis hanya memungut hasil kerja keras massa akar rumput yang berjuang di lapangan. Di luar itu, ada variabel tambahan yang membuat suara pasangan Jokowi-Ma’ruf di Jatim cenderung meningkat. Salah satunya, solidnya barisan massa akar rumput NU.

Di antaranya adalah jaringan kiai kampung, jaringan ibu-ibu majelis taklim, dan jaringan Gus Dur yang diusung Yenny dengan bendera Rumah Pergerakan Gus Dur (RPGD).

Suko berpendapat, jaringan Gus Dur dan kiai kampung ini berhasil mendorong sejumlah program yang menyentuh hajat hidup orang banyak. Di antaranya, melalui penggratisan Jembatan Suramadu.

”Meski bukan satu-satunya, faktor lobi Yenny Wahid kepada Jokowi cukup penting,” ujarnya.

Setelah Yenny mendeklarasikan dukungan ke Jokowi, lanjut Suko, pemerintah Jokowi mengeluarkan keputusan penggratisan Jembatan Suramadu. Hal tersebut ditambah, selama masa sosialisasi dan kampanye Pilpres, Yenny sempat dua kali menggelar acara di Ponpes Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, yang dihadiri Jokowi.

Meski perolehan suara Jokowi-Ma’ruf tetap kalah di Madura, menurut Suko Widodo, penggratisan Suramadu bisa menahan margin kekalahan tidak seperti Pilpres 2014. ”Banyak warga masyarakat Madura, terutama yang bermigrasi ke Surabaya, merasa diuntungkan dengan keputusan tersebut,” ujar dia.

Hal senada disampaikan Dr. Jayus, dosen Fakultas Hukum Universitas Jember. Ia tak menepis fakta, Yenny Wahid memang salah satu faktor penentu kemenangan paslon 01 di Jatim.

”Pengaruhnya signifikan. Sebagai putri Gus Dur, Yenny tentu membawa magnet tersendiri bagi para kiai dan masyarakat di Jatim,” katanya.

Kendati basis massa jaringan yang dibawa Yenny lebih berada di seputar wilayah Mataraman, seperti Ponorogo, Madiun, Magetan, Jombang, Nganjuk hingga Trenggalek, namun sosok Jokowi yang dianggap memiliki karakter sama dengan Gus Dur membuat capres 01 tersebut relatif diterima oleh khalayak yang lebih luas.

Seperti diketahui, berdasarkan hasil hitung cepat (quick count), sejumlah lembaga survei menyimpulkan bahwa Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan kunci dari kemenangan Jokowi-Ma’ruf. Keunggulan di Jateng dianggap lumrah, lantaran memang basis massa pendukung Jokowi.

Sorotan tertuju ke Jatim, karena menurut hasil quick count kemenangan paslon 01 berada pada margin angka yang besar, di atas 60 persen. Angka tersebut cukup mengejutkan, mengingat Jokowi selama ini dikenal tidak punya kedekatan dengan akar rumput masyarakat Jatim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement