REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Suasana di Sri Lanka masih mencekam. Sehari setelah serangan bom bunuh diri di delapan titik, sebuah bom kembali meledak, Senin (22/4). Aparat keamanan juga menemukan 87 detonator bom di sebuah terminal dan satu bom rakitan di dekat bandara.
Kemarin, Sri Lanka mengerahkan seluruh aparat keamanan, termasuk tim Special Task Force (STF), untuk menyisir dan menjaga objek-objek vital. STF merupakan pasukan khusus Sri Lanka yang bertugas memberantas terorisme dan pemberontakan.
Seperti dilansir Sri Lanka, News First, tim STF dalam operasinya menemukan sebuah mobil van berwarna putih yang dicurigai membawa bom. Dalam tayangan video yang diunggah, mobil tersebut berada di jalan raya.
Lokasinya dekat dengan Gereja St Anthony Shrine, Kochikade, Kotahena, Kolombo--gereja yang jadi salah satu sasaran pengeboman beruntun pada Ahad (21/4).
Setelah warga diminta menjauh dari lokasi, mobil itu pun meledak. Ledakan merusak sejumlah toko di sekitarnya. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam ledakan ini.
"Mobil itu meledak saat tim penjinak bom berusaha menjinakkan bom tersebut," kata seorang saksi mata yang tak mau disebutkan namanya.
Pada hari yang sama, tim STF menemukan 87 detonator di terminal bus utama di Kolombo. Para personel SFT awalnya menemukan 12 detonator di lantai terminal sekitar pukul 13.00 waktu setempat.
Setelah menemukan 12 detonator tersebut, mereka melanjutkan pencarian. Hasilnya, 75 detonator lainnya ditemukan di sebuah tempat sampah di lokasi yang sama.
Sehari sebelumnya, atau tepatnya pada Ahad malan, aparat keamanan Sri Lanka menemukan bom rakitan di jalan menuju Bandara Internasional Bandaranaike, Kolombo. Bom itu berhasil dijinakkan.
Sampai saat ini, belum ada pihak yang mengklaim atas serangkaian aksi teror di Sri Lanka. Namun, Pemerintah Sri Lanka menyebut, aksi itu dilakukan kelompok radikal yang ada di Sri Lanka. Semua pelaku bom bunuh diri pun merupakan warga lokal.
Juru Bicara Sri Lanka yang juga Menteri Kesehatan Rajitha Senaratne menduga, ada keterlibatan jaringan internasional dalam aksi terorisme yang menewaskan ratusan orang pada perayaan Paskah.
"Tidak mungkin kelompok kecil itu bisa bertindak sendirian seperti itu. Pasti ada jaringan internasional yang lebih besar di belakang mereka," kata Senaratne.
Senaratne mengakui, Pemerintah Sri Lanka telah mendapat peringatan intelijen terkait potensi aksi terorisme pada dua pekan sebelum kejadian. Oleh karena itu, Pemerintah Sri Lanka meminta maaf kepada seluruh keluarga korban.
"Kami juga melihat detail peringatan itu. Pemerintah Sri Lanka meminta maaf sebesar-sebesarnya kepada keluarga dan institusi atas kejadian ini," ujar dia seperti dilansir CNN International.
Presiden Sri Lanka Maitripala Sirisena bakal meminta bantuan negara lain untuk melacak jaringan internasional yang menjadi dalang pengeboman. "Laporan intelijen mengindikasikan jaringan teroris internasional berada di belakang para teroris lokal. Presiden akan meminta bantuan bari beberapa negara," demikian pernyataan dari Kantor Kepresidenan Sri Lanka.
Setelah serangan bom tersebut, pihak berwenang menerapkan jam malam baru di Kolombo, yakni dari jam delapan malam hingga empat pagi. Jalan-jalan di Kolombo sebagian besar sepi dan toko-toko tutup pada Senin pagi. Jalan-jalan di Kolombo banyak didominasi polisi dan tentara.
Polisi menyatakan, telah menangkap 24 orang yang diduga terkait dengan rangkaian aksi serangan bom. Juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekara mengatakan, mereka yang ditangkap merupakan orang lokal dan sedang diperiksa oleh Departemen Investigasi Kriminal. Namun, identitas pelaku dirahasiakan.
Korban bertambah
Kepolisian Sri Lanka melaporkan, jumlah korban tewas atas serangan gereja-gereja dan hotel-hotel mewah bertambah menjadi 290 orang, kemarin. Pada Ahad (21/4) malam, jumlah korban tewas tercatat sebanyak 207 orang.
Sementara itu, sekitar 500 orang yang terluka masih dalam perawatan intensif di RS Nasional Kolombo. Juru bicara kepolisian Sri Lanka, Ruwan Gunasekara, enggan memerinci korban tewas dan luka dari setiap lokasi pengeboman.
Dari 290 korban tewas, sebanyak 35 korban merupakan warga negara asing (WNA) yang sedang berwisata. Adapun WNA yang menjadi korban luka sebanyak 28 orang. Mereka masih dirawat secara intensif.
Menteri Pariwisata Sri Lanka, John Amaratunga memastikan, 28 WNA yang luka-luka akan mendapatkan perawatan terbaik. Ia juga meminta industri pariwisata untuk tetap tenang.
"Pemerintah telah melakukan semua langkah untuk memastikan keselamatan masyarakat dan wisatawan yang ada di negara ini," ujarnya dilansir CNN.
Ia mengatakan, tiga angkatan bersenjata sudah menyusun strategi pengamanan secara komprehensif untuk melindungi hotel, resor, dan tempat wisata.
(reuters ed: satria kartika yudha)