REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN), Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Arya Sinulingga, mengatakan pelaksanaan Pemilu 2019 dirasakan sangat berat terutama bagi petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). "Ada beberapa petugas KPPS sampai meninggal dunia dan sejumlah petugas KPPS lainnya sakit. Karena itu, perlu dicari solusi bersama, agar kejadian ini tidak terulang lagi," kata Arya Sinulingga, di Media Center Cemara, Menteng, Jakarta, Senin (22/4).
Menurut Arya, perlu dibahas dan dicari solusi bersama guna mengevaluasi pelaksanaan Pemilu 2019 yang menyelenggarakan secara serentak antara pemilu legislatif dan pemilu presiden. Berdasarkan informasi yang dihimpunnya menyebutkan, banyak petugas KPPPS kelelahkan, saksi-saksi dari partai politik dan pasangan capres-cawapres juga banyak yang lelah, karena bekerja dari pagi sampai tengah malam. "Bahkan ada penghitungan suara yang sampai pagi lagi," katanya.
Apalagi, tambahnya, kalau di TPS itu ditemukan masalah, akan lebih memakan waktu. Menjadi petugas KPPS pada pemilu ini memang sangat melelahkan. Karena itu, Arya mewacanakan, agar pemilu legislatif dan pemilu presiden pada 2024 agar dapat dilaksanakan secara terpisah.
Sementara itu, Ketua KPU Arief Budiman, pada saat memberikan keterangan kepada pers di Jakarta, Senin (22/4) menyebutkan, berdasarkan data yang dihimpun, ada sebanyak 90 petugas KPPS meninggal dunia, serta 374 petugas KPPS lainnya sakit.