REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Arief Budiman menegaskan, tidak ada rekayasa dalam proses penghitungan faktual (real count), Sabtu (20/4).
Ketika ditanyakan mengenai jumlah laporan yang masuk ke dalam situs penghitungan KPU, data paling banyak masuk dari Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Arief menjawab, semua daerah diberikan kesempatan yang sama dalam melaporkan hasil pemilu.
"Ini se-Indonesia disuruh lapor. Gak ada tujuannya di sini masuk dulu, yang sana masuk dulu. Gak benar tendensi kayak gitu," kata Arief.
Kemudian Arief mengumpakan, jika ia meminta semua wartawan untuk meneleponnya. Ia tidak dapat memastikan siapa yang akan meneleponnya terlebih dahulu. Ia tidak bisa mengatur pihak yang akan menelepon pertama kali, serta pihak yang menelepon belakangan.
"Apa saya bisa pastikan siapa yang akan telepon duluan, siapa yang telepon belakangan?" tuturnya.
Selanjutnya, Arief menjelaskan, semua pihak dapat memantau secara langsung hasil penghitungan faktual melalui situs KPU. Ia menambahkan, data yang masuk berasal dari semua provinsi.
Menurut Arief, ada beberapa kendala perihal perbedaan waktu pelaporan hasil pemilu. Pertama, masalah koneksi internet. Kedua, proses penghitungan suara di setiap daerah tidak sama.
Hingga Sabtu, (20/4) pukul 15.00 WIB, sebanyak 37.818 TPS sudah masuk ke dalam data KPU. Hal itu sekitar 4,64 persen dari total 813.350 TPS.
Berdasarkan data tersebut, pasangan calon 01, Joko Widodo - Ma'ruf Amin memperoleh 54,88 persen (3.974.985 suara). Sedangkan pasangan calon 02, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno menperoleh 45,12 persen (3.267.585 suara).
Sampai saat ini, daerah tertinggi yang melaporkan data perolehan suara adalah Provinsi Jawa Tengah, 1.202.245 suara. Disusul Provinsi Jawa Timur, 783.264 suara.