REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia (IPI) merilis hasil sementara perolehan suara pileg pada pemilu serentak 2019 pada Rabu, (17/4) sore. Perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai stagnan karena gagal meraih pangsa pemilih yang lebih luas.
Associate Researcher IPI, Akhmad Khoirul Umam memandang harusnya ormas Nahdlatul Ulama (NU) sebagai basis pendukung PKB lebih solid pada pemilu kali ini. Sebab, kader NU Ma'ruf Amin maju sebagai cawapres.
Kondisi itu berbeda dengan Pilpres 2014 di mana tokoh-tokoh NU berbeda kubu. Namun yang terjadi, kata dia, suara PKB tak beda jauh dari Pilpres 2014
"PKB captive market-nya segitu saja, ini jadi catatan NU kan harusnya lebih solid sekarang daripada kemarin (2014). Harusnya tinggi tapi kok perolehan segitu saja," katanya usai konferensi pers, hari ini.
Akhmad menyarankan, PKB memperluas pemilihnya, selain kader NU. Ia merasa PKB perlu memperkenalkan diri pada kalangan menengah perkotaan. Walau memang, diakuinya segmen itu juga menjadi sasaran parpol lain.
"Captive market-nya yang sudah loyal saja, dia tidak mampu ekpansi di luar captive itu," ujarnya.
Berdasarkan hitung cepat IPI, PDIP mendapat keunggulan perolehan suara 21,57 persen. Perolehan data sampai saat ini baru mencapai 20,16 persen dan partisipasinya 75,14 persen. Di bawah PDIP yang menjadi kampiun ialah Gerindra di nomor dua (12,17 persen). Selanjutnya, Golkar (11,45), PKB (10,28), Nasdem (9,57), Demokrat (7,81), PKS (6,82) dan PAN (6,19).
Kemudian sisanya partai dengan perolehan suara di bawah lima persen, yaitu PPP (4,8), Perindo (2,66), PSI (1,48), Hanura (1,48), Berkarya (2,08), PBB (0,74), Garuda (0,57), PKPI (0,31) dan Garuda (0,57).