Sabtu 13 Apr 2019 18:00 WIB

Survei Poltracking: Jokowi-Maruf Unggul dari Prabowo-Sandi

Interval selisih elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres terpaut 13.6 persen.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Hafil
Pemilu (ilustrasi).
Pemilu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Poltracking Indonesia merilis hasil survei nasional terkait pemilu presiden (Pilpres) 2019. Dari survei yang dilaksanakan pada 1-8 April 2019 itu, ditunjukkan bahwa elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul dengan raihan suara 53.3 persen dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno sebesar 39.7 persen.

Interval selisih elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres terpaut 13.6 persen, dengan jumlah undecided voters (pemilih yang belum menentukan pilihan) sebesar 7.0 persen.

Baca Juga

"Dengan ini berarti sisa pemilih yang belum menentukan pilihan dan tidak menjawab pada saat survei adalah satu digit atau di bawah 10 persen," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR, dalam rilis survei terkait Prediksi Data Dukungan Elektoral Pileg dan Pilpres 2019, seperti dikutip dari situs web Poltracking, Sabtu (13/4).

Berdasarkan peta geografis kelompok pulau-pulau besar di Indonesia, Kalimantan (70.0 persen), Bali-Nusa (78.0 persen) dan Indonesia Timur menjadi basis suara Jokowi-Ma’ruf. Sedangkan kekuatan utama pasangan calon (paslon) ini ada di Jawa Timur (60.9 persen), Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (67.4 persen). Sementara Sumatera (54.5 persen) dikuasai Prabowo–Sandiaga. Disebutkan, bahwa Banten–DKI Jakarta (56.7 persen) dan Jawa Barat (57.2 persen) menjadi basis suara utama paslon nomor urut 02 ini.

Berdasarkan peta demografis, pemilih muslim cenderung berimbang untuk memilih di antara kedua pasangan Jokowi-Ma’ruf (47.9 persen) dan Prabowo-Sandiaga (44.9 persen). Pasangan Jokowi-Ma’ruf justru kuat di pemilih Protestan dan Katolik (85.6 persen) serta agama lainnya (83.6 persen).

Berdasarkan kepuasan terhadap kinerja pemerintah, survei Poltracking ini menunjukkan banyak pemilih yang merasa puas dengan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla adalah pemilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin (72.0 persen). Sementara pemilih yang tidak puas terhadap pemerintah banyak pemilih Prabowo-Sandiaga (80.5 persen).

Di sisi lain, pemilih kedua pasangan mayoritas telah mantap dengan pilihannya, yakni Jokowi-Ma’ruf (74.6 persen) dan Prabowo-Sandiaga (61.4 persen).

Baik pemilih pasangan Jokowi-Ma’ruf (74.6 persen) dan Prabowo-Sandiaga (61.4 persen) disebutkan sudah mantap dengan pilihannya berada di atas 50 persen. Sedangkan angka potensi partisipasi mencoblos Jokowi-Ma’ruf berada di angka 53.2 persen dan Prabowo-Sandiaga sebesar 40.9 persen.

Pada predictive model, di mana model statistik ini menghasilkan nilai probabilitas yang kemudian digunakan untuk memprediksi arah pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters), dihasilkan angka elektabilitas Jokowi-Ma’ruf (54.5 persen) mengungguli Prabowo-Sandiaga (45.5 persen). Namun demikian, jika merunut pada MoE 2.2 persen, maka rentang potensi perolehan suara Jokowi-Ma’ruf adalah antara 52.3 persen hingga 56.7 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga berkisar antara 43.3 persen hingga 47.7 persen.

Survei Poltracking ini dilakukan secara serempak di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dalam penarikan sampel. Jumlah sampel dalam survei ini adalah 2000 responden dengan margin of error kurang lebih 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Menurut Hanta Yuda, angka ini menjadi nilai akhir yang diprediksi sesuai dengan hasil rekapitulasi suara KPU, di mana Jokowi-Ma’ruf diprediksi akan memenangi pertarungan Pilpres. Namun demikian, bukan berarti kesempatan Prabowo-Sandiaga memenangi Pilpres tertutup.

"Masih terbuka kesempatan memenangi Pilpres 2019 di sisa masa waktu menuju hari H pemilihan. Oleh karena itu, masa-masa menuju hari H pemilihan menjadi momen yang krusial bagi kedua pasangan," tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement