Jumat 12 Apr 2019 16:08 WIB

KPU: Ada Kelompok Sistematis Ingin Ganggu Pemilu

Viryan menilai hoaks yang terus bermunculan merusak integritas pemilu.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Teguh Firmansyah
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Viryan Azis.
Foto: Republika/Mimi Kartika
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Viryan Azis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Viryan Aziz menyebut ada kelompok tertentu yang bekerja sistematis untuk merusak integritas Pemilu. Hal ini ditandai dari terus munculnya hoaks sejak tahun lalu.

"Ada salah satu kelompok secara sistematis mengganggu penyelenggaraan pemilu," kata Viryan Aziz dalam diskusi 'Hitung Mundur Pemilu' di Harris Suites Hotel FX Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (12/4).

Baca Juga

Viryan mengatakan, hoaks yang terus muncul merusak integritas penyelenggaraan pemilu dan mengganggu kinerja KPU. Ia menyebut sejumlah hoaks yang terus menyerang KPU, di antaranya kasus tercoblosnya 7 kontainer surat suara, soal debat bocor, hingga server KPU yang dituduh memenangkan Paslon 01.

Yang disayangkan Viryan, hoaks itu tersebar ke masyarakat secara deras. Sejumlah akun atau pelaku penyebar hoaks kerap kali ditersangkakan. Namun hoaks sudah terlanjur tersebar. "Ada upaya untuk membuat distrust," kata Viryan.

Oleh karena itu, Viryan pun mengajak pada para pendukung paslon 01 dan 02 untuk berkumpul saat hari pemilu pada 17 April 2019 mendatang. Hal ini agar semakin menegaskan transparansi penyelenggaraan pemilu.

Masyarakat boleh memfoto hasil di tps, boleh mendokumentasikan dari luar area TPS dilengkapi para saksi, pengawas TPS, dan Bawaslu.

"Mereka (masyarakat) mendeklarasikan siap menang siap kalah di kecamatan masing-masing. Jumlahnya sekian, kalau ada kecurangan, KPU tidak akan membiarkan," ujar Viryan.

Banyaknya kasus diakui Viryan menambah pekerjaan KPU. Terakhir, KPU akan melakukan pelaporan pada Polri terkait isu hoaks hasil pungutan suara di luar negeri, yang sebenarnya belum dihitung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement