REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengaku prihatin terhadap semakin banyaknya penyebaran informasi bohong atau hoaks menjelang hari pencoblosan Pemilu serentak 2019. Terhitung sejak Agustus 2018 lalu, sampai April ini, kata Menkominfo, peningkatan hoaks mencapai 14 kali lipat.
"Hoaks ini saya prihatin sekali. Jumlahnya semakin besar. Agustus tahun lalu, hoaks yang berhasil divalidasi ada 25, sekarang sudah 14 kali itu," kata Rudiantara di Auditorium Unversitas Negeri Padang, Kamis (11/4).
Kalau digolongkan, kata Rudiantara, penyebaran hoaks ini tentu saja ramai untuk urusan kontestasi politik, terutama mengenai pemilihan umum presiden dan wakil presiden.
Rudiantara mengatakan, penyebaran hoaks berasal dari kedua kubu pasangan calon. Ia tidak mau menyebutkan informasi hoaks lebih banyak disebarkan oleh kubu pasangan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan kubu 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Yang jelas, dari kedua kubu, kata Rudiantara, sama-sama terlibat dalam penyebaran hoaks.
Rudiantara meminta masyarakat agar bijak memercayai informasi agar tidak termakan isu hoaks. Ia juga meminta kepada para penyebar hoaks agar berhenti menebar fitnah karena hoaks hanya akan membuat suasana kian gaduh.
"Gibah saja tidak berpahala, apalagi namimah atau adu domba. Kita ini manusia, jangan mau diadu kayak domba," ujar Rudiantara.
Di kampus UNP, Rudiantara juga mengimbau kalangan muda, terutama mahasiswa, agar tidak terlibat dalam penyebaran informasi hoaks. Dari catatan Menkominfo, selama ini angka keterlibatan milenial menyebarkan hoaks tidak tinggi. Milenial, kata dia, masih lebih banyak menggunakan media sosial untuk eksistensi, seperti memperbarui status dan mengunggah gambar.