Selasa 09 Apr 2019 17:43 WIB

Sindir Prabowo, Kiai Maruf: Jangan Cepat Emosi

Kiai Maruf menilai seorang pemimpin harus berbicara dengan bijak.

Rep: Muhyiddin/ Red: Teguh Firmansyah
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin (kiri) bersama anggota tim pemenangan Paslon 01 Jokowi Maruf Amin, Ridwan Kamil (kanan) menghadiri kampanye akbar di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (9/4/2019).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin (kiri) bersama anggota tim pemenangan Paslon 01 Jokowi Maruf Amin, Ridwan Kamil (kanan) menghadiri kampanye akbar di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (9/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin menanggapi gaya calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menggebrak podium saat berkampanye terbuka di Stadion Kridosono Yogyakarta, Senin (8/4) kemarin. Hal itu dilakukan Prabowo saat berorasi menyinggung mengenai netralitas TNI dan Polri.

Kiai Ma'ruf mengingatkan bahwa seorang pemimpin itu tidak boleh cepat emosi. "Ya itu lah. Pemimpin itu jangan kita cepat emosi. Ya sabar. Santun," ujar Kiai Ma'ruf saat ditanya wartawan usia menghadiri kampanye terbuka di Kabupaten Bandung Barat, Selasa (9/4) sore.

Baca Juga

Selain itu, Kiai Ma'ruf juga menanggapi pernyataan Prabowo yang menyebut Ibu Pertiwi sedang diperkosa saat berpidato dalam kampanye akbar di GBK Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut Kiai Ma'ruf, seorang pemimpin itu juga harus berbicara dengan bijak. "Ya makanya, pemimpin itu harus bicara yang bijak. Yang ngayomi. Yang mengajak, memberikan tuntunan-tuntunan yang positif," ucapnya.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menjelaskan, seorang pemimpin Indonesia tidak boleh mengajarkan sikap-sikap keras yang bisa menimbulkan permusuhan di tengah masyarakat.  "Jangan mengajarkan sikap-sikap yang keras, bermusuhan. Dan sifat-sifat yang lebih baik," ucap Mantan Rais Aam PBNU ini.

Menurut dia, pemimpin negeri ini harus selalu mengedepankan sopan santun. Jika tidak, maka rakyat Indonesia akan berpaling dari pemimpin tersebut. "Sopan santun. Bermartabat. Dan itu yang justru masyarakat menginginkan seperti itu. Ketika itu tidak didapat, dia akan mencari pemimpin yang santun," kata Kiai Ma'ruf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement