Selasa 09 Apr 2019 16:07 WIB

Panglima: Pengganggu Stabilitas akan Berhadapan dengan TNI

TNI merupakan benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat menghadiri simulasi penanggulangan teror di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Selasa (9/4).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat menghadiri simulasi penanggulangan teror di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Selasa (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, pihak yang mengganggu stabilitas politik dan jalannya demokrasi akan berhadapan dengan TNI. Menurut dia, TNI merupakan benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Jika ada pihak-pihak yang mengganggu stabilitas politik jalannya demokrasi, mengganggu NKRI, mengganggu Pancasila, mengganggu UUD 1945, dan mengganggu Bhinneka Tunggal Ika, maka akan berhadapan dengan TNI," ujar Hadi di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (9/4).

Baca Juga

Kalimat "akan berhadapan dengan TNI" ia ulangi satu kali lagi dengan meninggikan nada suaranya. Setelah itu, ia mengingatkan, TNI merupakan benteng milik NKRI.

Ia kemudian menambahkan, NKRI adalah harga mati bagi TNI. "NKRI harga mati!" kata dia diikuti oleh prajurit Satuan Penanggulangan Teror (Satgultor) di belakangnya.

"TNI dan jajaran siap mengamankan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tahun 2019. Kami menekankan bahwa politik TNI adalah politik negara. TNI netral dalam pelaksanaan pileg maupun pilres 2019," ujarnya.

Pagi tadi, TNI melakukan simulasi adanya sekelompok teroris asing atau Foreign Terrorist Fighters (FTF) melakukan aksi sabotase pada kegiatan rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. Mereka berhasil menguasai area Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Timur, dan sekitarnya.

Dalam simulasi itu, pasukan Satgultor TNI melakukan proses penyelamatan sandera dan pelumpuhan teroris-teroris itu. Pasukan yang terdiri dari pasukan khusus dari tiga matra TNI itu tak membutuhkan waktu yang lama, kurang lebih hanya 15 menit untuk melakukan penyelamatan.

Aksi terorisme itu berhasil dilumpuhkan oleh sekitar 500-600 prajurit Satgultor. Dalam melakukan penyelamatan itu, Satgultor menggunakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang TNI miliki.

Alutsista itu di antaranya helikopter Bell milik TNI AD, Helikopter Super Puma milik TNI AU, dan Sea Rider serta jetski milik TNI AL. "Tadi ada yang menggunakan lintas udara dengan heli ada yang menggunakan kendaraan darat dan dari laut. Ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif-alternatif cara bertindak," ujar Komandan Korps Marinir TNI AL, Mayjen TNI (Mar) Suhartono, usai kegiatan latihan penanggulangan terorisme.

Serangan dan penyanderaan terorisme itu memang merupakan bagian dari kegiatan latihan penanggulangan terorisme. Tema latihan ini, yakni "Satgultor TNI Melaksanakan Penanggulangan Aksi Terorisme di Wilayah DKI Jakarta Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement