Ahad 07 Apr 2019 12:20 WIB

Kampanye Prabowo Diklaim Terbesar di GBK

Sejak reformasi kampanye di GBK belum ada massa sebanyak itu.

Lautan massa pendukung pasangan capres dan cawapres nomor 02 Prabowo-Sandiaga melaksanakan salat subuh berjamaah sebelum acara kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (7/4/2019).
Foto: Republika/Febrianto
Lautan massa pendukung pasangan capres dan cawapres nomor 02 Prabowo-Sandiaga melaksanakan salat subuh berjamaah sebelum acara kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (7/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kampanye Akbar Prabowo-Sandi diklaim sebagai kampanye dengan jumlah massa terbesar di Gelora Bung Karno (GBK) sejak reformasi. Hal dilihat dari jumlah massa yang membludak.

Anggota Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Dradjad Wibowo mengatakan massa yang datang memenuhi lapangan bola, lintasan atletik dan semua kursi penuh dengan massa. Di luar stadion, massa juga membludak.

"Saya sudah terlibat berbagai kampanye politik sejak 2004. Belum pernah saya menyaksikan kampanye terbuka yang sebesar ini,” kata Dradjad kepada republika.co.id, Ahad (7/4).

Jika melihat membludaknya massa dalam kampanye Prabowo-Sandi di pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi,  menurut Dradjad, wajar jika banyak yang tidak mempercayai hasil survei. Kata Dradjad, lembaga survei sudah dianggap sebagai alat propaganda.

Hal yang lebih mengharukan dalam kampanye di GBK ini, papar Dradjad,  peserta bukan hanya hadir sejak jauh sebelum subuh. Mereka hadir dengan biaya sendiri,  bahkan memberi sumbangan bagi perjuangan bersama.

Fenomena sumbangan spontan ini bukan hanya di GBK. Kata politikus PAN ini, di Jawa Timur, misalnya, fenomena ini terjadi dalam kampanye Prabowo-Sandi di Sidoarjo 31 Maret 2019. Bahkan paginya di Surabaya, di mana Sandi menghadiri senam bersama alumni SMA/SMK se Surabaya, peserta menyumbang Rp 10 juta lebih. "Itu sangat mengharukan karena kebanyakan peserta berprofesi sebagai guru,” ungkap ekonom INDEF ini.

Melihat hal di atas, Dradjad berharap pimpinan KPU, Bawaslu, Polri serta Kementerian / Lembaga mampu menjadi “wasit” yang adil. Mereka diminta menjaga agar pilpres dan pileg ini benar-benar bersih dan jurdil. Ini agar pemilu menjadi wujud demokrasi yang berkah, bukan yang memecah belah.

"Pengalaman perpecahan dan ketidakstabilan yang berlarut-larut di Thailand harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Jangan tiru Thailand,” paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement