REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin menargetkan kemenangan sebesar 60 persen di DKI Jakarta dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Optimisme ini diungkapkan meski jika merujuk pada pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017, dimenangkan oleh Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang berada di kubu Prabowo Subianto.
"DKI mungkin pilkadanya menang tim sebelah, karena tidak selamanya pilpres bisa disamakan dengan pilkada, ada situasi-situasi yang berbeda," Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin, Usman Kansong di d'consulate, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (6/4).
Ia mengatakan, faktor aksi 212 yang terjadi pada 2016 memiliki dampak yang besar untuk memenangkan Anies-Sandi saat itu. Namun, pada pilpres kali ini tidak ada aksi tertentu yang dapat meningkatkan elektabilitas suatu paslon secara signifikan.
"Faktor 212 menjadi penting, tetapi di pilpres relatif tidak ada peristiwa itu. Reuni (212) kemarin juga tidak menurunkan atau menaikkan kedua belah pihak," ujar Usman.
Usman pun mencontohkan Pilkada Jawa Barat pada 2018 yang dimenangkan oleh pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul Ulum. Padahal, wilayah tersebut merupakan provinsi basis pendukung dari kubu Prabowo.
"Saya kira situasi seperti itu dapat terjadi DKI begitu ya. Kita optimistis bisa menang di Jakarta, targetnya 60 persen," ujar Usman.
Sebelumnya, berdasarkan hasil survei lembaga dari Australia, Roy Morgan, mendapati elektabilitas Jokowi-Maruf mencapai 56,5 persen. Angka itu unggul jauh dari lawan politiknya yang hanya meraih 43,5 persen.
Dalam surveinya, Roy Morgan mendapati jika mantan gubernur DKI Jakarta itu unggul di wilayah pedesaan. Itulah yang membuat calon presiden (capres) pejawat tersebut menang di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatra Utara.
Secara keseluruhan, di wilayah pedesaan elektabilitas Jokowi-Maruf mencapai 63 persen. Sementara Prabowo-Sandiaga hanya 37 persen.