Jumat 05 Apr 2019 01:28 WIB

Pengamat: Parpol Jangan Terlalu Asyik Pilpres

Parpol jangan terlalu asyik bicara pilpres, tetapi tidak lolos ke parlemen.

Rep: Umi Soliha/ Red: Ratna Puspita
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno. Ia memberikan keterangan kepada awak media di sela diskusi publik Parameter Politik Indonesia, Jumat (15/3).
Foto: Republika/Riza Wahyu Pratama
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno. Ia memberikan keterangan kepada awak media di sela diskusi publik Parameter Politik Indonesia, Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno mengatakan partai politik harus menyikapi Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2019 dengan proporsional. Parpol sebaiknya tidak terlau asyik dengan pemilihan presiden jika ingin melenggang ke parlemen. 

“Jangan terlalu asyik hanya berbicara pilres, tetapi tidak lolos ke senayan, ini tentu menjadi fatal,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (4/4).

Baca Juga

Adi menilai pemilihan yang berlangsung serentak dapat menjadi ‘kuburan’ bagi partai politik. Euforia pilpres membuat partai politik terlalu sibuk dengan kampanye pemilihan orang nomor satu di negeri ini, tetapi melupakan pemilihan legislatif yang juga akan berlangsung pada 17 April mendatang.

Sekarang ini, ia mengatakan, masyarakat seolah-olah hanya mengetahui dua partai politik yang bersaing, PDIP karena mengusung calon pejawat Joko Widodo (Jokowi) dan Partai Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto. 

“Di bawah (masyarakat) itu seakan –akan ingin mennyederhanakan pilihan bahwa partai yang mereka pilih adalah hanya PDIP dan Gerindra oleh karena itu harus disikapi secara proporsional. 

Untuk itu, partai-partai, khususnya yang terancam tak lolos ambang batas parlemen, harus memiliki skala prioritas antara dua kontestasi. Adi menambahkan tujuan utama parpol tentu agar bisa melenggang ke Senayan. 

“Tidak ada pilihan lain, mereka harus memprioritaskan pileg dan jernih menyikapi politik. Percuma juga pilpres menang namun pileg kalah. Sebab, mereka tidak bisa bersuara di senayan,” ujarnya.

Adi mengingatkan kepada semua parpol untuk tidak menganggap survei elektabilitas. Sebaliknya, survei elektabilitas parpol harus menjadi peringatan. 

Secara khusus, Adi menyebutkan Partai Perindo sebagai partai baru yang sudah membangun aktivitas politiknya sejak lama. Bahkan, Perindo kerap melakukan kegiatan-kegiatan merakyat. 

Namun, jika Perindo tidak memfokuskan pada pileg maka bukan tidak mungkin usaha selama ini akan sia-sia. “Kalau sudah tidak lolos ke pileg apa gunanya jadi partai. Survei Indikator harus jadi warning,” kata dia.

Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei yang menyebutkan delapan partai terancam tidak lolos parlemen karena elektabilitasnya di bawah ambang batas empat persen. Partai tersebut, yakni Perindo 2,6 persen, PAN 2,2 persen, Partai Hanura 1,3 persen, PSI 1,3 persen, Partai Berkarya 0,8 persen, PBB 0,6 persen, Partai Garuda 0,2 persen, PKPI 0,2 persen

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement