Jumat 05 Apr 2019 06:07 WIB

Membongkar Kembali Isi Kardus Serangan Fajar Bowo Sidik

KPK membongkar amplop-amplop yang berisi uang suap serangan fajar Bowo Sidik.

Rep: Dian Fath Risalah, Arif Satrio Nugroho/ Red: Elba Damhuri
Tersangka kasus dugaan suap distribusi pupuk Bowo Sidik Pangarso meninggalkan gedung KPK seusai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Kamis (4/4/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Tersangka kasus dugaan suap distribusi pupuk Bowo Sidik Pangarso meninggalkan gedung KPK seusai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Kamis (4/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isi kardus serangan fajar kini menjadi perhatian publik. Kabiro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah mengatakan penyidik kembali membongkar amplop-amplop yang berisi uang suap serangan fajar yang disita dari anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi Golkar Bowo Sidik Pangarso.

Saat ini, dari 84 kardus, empat kardus sudah dibuka. "Perkembangan penghitungan uang di amplop, sampai siang ini, tim mulai masuk pada kardus keempat‎," kata Febri, Kamis (4/4). Sebelumnya, pen‎yidik sendiri telah membongkar tiga dari 84 kardus yang berisi amplop uang serangan fajar Bowo Sidik Pangarso sebelumnya.

Hingga kemarin, kata Febri, ada 15 ribu amplop yang telah dibuka. "Sejauh ini telah dibuka 15 ribu amplop. Uang dalam amplop (yang sudah dibuka) berjumlah Rp 300 juta," ungkapnya.

KPK menjanjikan akan membongkar seluruh, 400 ribu, amplop yang berisi uang suap untuk serangan fajar tersebut. Namun, KPK butuh waktu yang cukup lama untuk mengungkap keseluruhan isi dalam amplop tersebut.

Febri kemudian mengiyakan, dari hasil pengecekan amplop-amplop yang ada di dalam tiga kardus sebelumnya, tim menemukan adanya logo bergambar cap jempol. Temuan cap jempol ini menjadi ramai di media sosial karena salah satu pasangan yang tampil di Pemilihan Presiden 2019 menggunakan logo cap jempol. Bahkan kandidat kerap mengacungkan jempol dan memiliki salam jempol.

Ketika ditanya apakah logo cap jempol yang ditemukan di amplop itu mirip dengan yang digunakan pasangan 01, Febri enggan menjawab tegas. Ia justru kembali menekankan bahwa berdasarkan fakta hukum yang ditemukan KPK sejauh ini, amplop tersebut digunakan untuk serangan fajar terkait pencalonan Bowo Sidik yang maju sebagai calon legislatif (caleg) pejawat dari Partai Golkar dapil Jawa Tengah II.

"Dari fakta hukum yang kami dapatkan sampai dengan saat ini diduga amplop itu akan dibagikan untuk kepentingan pileg karena BSP mencalonkan diri di dapil Jateng II. Jadi, dari fakta hukum yang ada diduga untuk kebutuhan pileg," kata Febri.

Isu adanya gambar jempol di amplop-amplop yang disita KPK itu mulanya beredar di kalangan media, kemudian diembuskan pihak Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. KPK baru mengiyakan secara resmi adanya cap jempol itu pada Rabu (3/4). Saat konferensi pers pengungkapan barang bukti tersebut pada akhir Maret lalu, keberadaan cap itu tak diungkapkan KPK.

Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, adalah salah satu yang menyinggung persoalan itu. Melalui cicitannya tak lama selepas konferensi pers pada Jumat (29/4) lalu, Dahnil mengungkapkan dugaan adanya cap jempol dalam amplop-amplop tersebut.

“Saya apresiasi OTT terhadap politisi Golkar, tapi bu Basaria @KPK_RI kenapa tidak dibuka dan tunjukkan 400 ribu amplop-amplop yang berisi uang 20 ribuan dan 50 ribuan yang diduga ada cap jempolnya itu?” tulis Dahnil dalam cicitannya saat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement