Kamis 04 Apr 2019 15:25 WIB

Asita Jual Wisata Fenomena Guguran Lava Gunung Merapi

Fenomena guguran lava Gunung Merapi ditawarkan sebagai wisata alternatif.

Red: Nur Aini
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari wilayah Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (12/1/2019) dini hari.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari wilayah Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (12/1/2019) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Para pelaku usaha perjalanan wisata yang tergabung dalam Asosiasi Tour dan Travel Agen Indonesia (Asita) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membidik potensi fenomena guguran lava Gunung Merapi sebagai destinasi alternatif untuk menarik wisatawan datang ke Yogyakarta.

"Secara khusus memang belum ada wisatawan yang datang ke Yogyakarta untuk melihat fenomena Gunung Merapi. Tetapi bagi mereka yang kebetulan berada di Yogyakarta kami tawarkan untuk melihatnya," kata Ketua Asita DIY, Udhi Sudhiyanto di Yogyakarta, Kamis (4/4).

Baca Juga

Menurutnya, aktivitas Gunung Merapi tidak membuat wisatawan takut untuk datang ke Yogyakarta, melainkan justru memiliki potensi menarik wisatawan karena merupakan fenomena langka apabila dikemas dengan promosi yang baik. Guguran lava Gunung Merapi, ujar dia, memiliki keindahan tersendiri apabila disaksikan oleh para wisatawan pada malam hari dengan jarak pandang yang aman.

Kepada para wisatawan yang datang ke Yogyakarta, kata dia, para agen perjalanan wisata di Yogyakarta yang tergabung dalam Asita DIY telah menjelaskan bahwa aktivitas guguran lava pijar Merapi saat ini tidak bersifat eksplosif seperti di gunung api lainnya. Fenomena itu juga hanya terjadi lima tahun sekali dan belum tentu ditemukan di daerah lain.

"Setelah kami tawarkan ke wistawan ternyata mereka suka. Tentu kami juga memberikan pengertian kepada mereka untuk tetap berada pada zona aman. Biasanya kami ajak mereka menyaksikan fenomena guguran lava Gunung Merapi pada malam hari saat cuaca cerah," kata dia.

Udhi menyebutkan sejak Januari hingga Maret 2019, pemesanan jasa perjalanan wisata di Yogyakarta masih rendah karena masih low season (musim sepi pengunjung). Ia memperkirakan April 2019 akan menjadi awal peningkatan kunjungan wisata di Yogyakarta. "Untuk jumlah wisatawan yang melihat guguran Merapi memang belum banyak karena kami juga harus begadang malam hari," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement