Kamis 04 Apr 2019 08:55 WIB

Anies: Kematian Naufal Jadi Hari Berduka Bagi Warga Jakarta

Keluarga Naufal menerima Rp 196 juta atau 48 kali dari gajinya per bulan.

Rep: Flori Sidebang/Haura Hafizhah/ Red: Bilal Ramadhan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ikut memikul keranda jenazah Naufal Rasyid, petugas PPSU DKI korban tabrak lari.
Foto: Twitter/@aniesbaswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ikut memikul keranda jenazah Naufal Rasyid, petugas PPSU DKI korban tabrak lari.

REPUBLIKA.CO.ID, Bendera kuning terlihat masih berkibar di depan Gang Maju, RW 001, Susukan, Ciracas, Jakarta Timur. Gang itu merupakan jalan masuk menuju rumah almarhum Naufal Rasyid. Salah satu petugas prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Susukan yang meninggal akibat ditabrak oleh seorang pengendara saat dirinya sedang menyapu jalanan di kolong jalan lintas atas (flyover) Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (26/3) lalu.

Tidak ada saksi yang melihat jenis kendaraan maupun sosok yang menabrak Naufal. Sebab, saat itu, jalanan cenderung masih sepi dan matahari belum terbit. "Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 05.20 WIB," kata Lurah Susukan, Mukodas kepada Republika, Rabu (3/4).

Ia menambahkan, saat itu, almarhum bertugas bersama dua orang rekan yang lain. Tapi, posisi mereka agak berjauhan. Sehingga, teman-teman korban tidak menyadari jika Naufal telah terkapar tak sadarkan diri di pinggir jalan.

"(Teman korban) enggak melihat, jadi temannya itu dikasih tahu sama ojek online yang lewat kalau Naufal ketabrak. Temannya itu posisinya lagi di atas flyover, pas sampai lokasi, Naufal sudah enggak sadar, sudah tergeletak. Jadi, jenis motor yang menabrak enggak ada yang tahu," ujar dia.

Korban pun langsung dibawa menuju salah satu klinik terdekat, yakni Klinik Tjakra, Ciracas, Jakarta Timur. Tapi, karena saat itu klinik tersebut belum buka, korban pun diantar ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kecamatan Ciracas.

Di rumah sakit tersebut, tim medis tidak mampu menangani korban akibat luka yang dialami korban cukup parah di bagian kepala. "Jadi, ada darah beku antara otak dan tempurung kepala," ujar Mukodas.

Akhirnya, Naufal dirujuk ke RSUD Pasar Minggu Jakarta Selatan. Menurut Mukodas, tim medis telah berusaha untuk menyelamatkan nyawa Naufal dengan penanganan operasi. Tapi, tiga hari setelah operasi, laki-laki berusia 24 tahun itu mengembuskan napas terakhirnya.

Hingga saat ini, pelaku yang melarikan diri setelah menabrak Naufal masih terus diburu oleh pihak kepolisian. Polisi pun cukup kesulitan karena tidak adanya CCTV di dekat tempat kejadian perkara (TKP).

Untuk menghindari kejadian serupa, Mukodas mengimbau, selalu mengingatkan para petugas PPSU di wilayahnya untuk selalu memperhatikan posisi berdiri saat bertugas membersihkan jalanan. Ia mengimbau agar pasukan oranye harus selalu berada dalam posisi melawan arus datangnya kendaraan bermotor.

Menurutnya, hal itu bertujuan untuk selalu mengawasi lajunya motor, mobil, maupun kendaraan bermotor lainnya. "Kalau berdirinya searah, nanti enggak tahu kalau ada mobil atau motor yang lewat, kan kayak begitu malah membelakangi kendaraan," papar Mukodas.

Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, Kompol M Nasir mengingatkan, pelaku tabrak lari dapat dikenakan hukuman dengan pasal berlapis. "Bisa dikenakan Pasal 312 terkait tabrak lari juncto 310 ayat 3 terkait menabrak hingga korban meninggal. Pada Undang-Undang 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dengan hukuman kurungan lima tahun, dendanya Rp 10 juta," kata Nasir.

Meski pelaku tabrak lari itu belum ditemukan, ibu almarhum, Elly, mengaku sudah mengikhlaskan kepergian putra sulungnya itu. "Maaf ya, saya bukannya enggak mau cerita, tapi saya takut sedih lagi kalau harus ceritain tentang anak saya. Yang penting, sekarang saya sudah ikhlas, anak saya sudah tenang di sana," tutur Elly.

Naufal Rasyid merupakan sosok yang dikenal ramah, pekerja keras, dan sopan oleh orang-orang di sekitarnya. Ia diketahui mulai menekuni profesi sebagai pasukan oranye (PPSU) di Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, sejak Juli 2015 dan merupakan angkatan pertama di wilayah tersebut.

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan keprihatinannya terhadap kejadian yang menimpa Naufal. Bahkan, Anies menyempatkan diri untuk menggotong keranda dan ikut menguburkan jenazah Naufal.

Anies juga memberikan santunan kepada  keluarga Naufal Rosyid, anggota Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) yang tewas dikarenakan tabrak lari. Pemberian santunan berlangsung di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (2/4) lalu.

“Pekan lalu adalah hari berduka bagi kami, DKI Jakarta, karena salah seorang petugas, saudara Naufal Rosyid, kembali ke Rahmatullah setelah jadi korban tabrak lari saat bertugas. Dan apa yang terjadi pada Naufal, kami semua tahu ini adalah sebuah musibah,” kata Anies.

Anies menambahkan, akan menyerahkan santunan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan ke ibu kandung Naufal yang bernama Elly. Dengan santunan yang diberikan, tentu akan meringankan bebannya walaupun santunan ini tidak bisa menggantikan Naufal. Keluarga Naufal menerima Rp 196 juta atau 48 kali dari gaji yang diterimanya per bulan.

“Prinsip kami di DKI Jakarta adalah melindungi semua pekerja yang bekerja agar kerja merasa aman dan tenang. Kalau kami tidak berikan maka jangan harap mereka akan bekerja dengan baik dan tenang,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement