Kamis 04 Apr 2019 06:19 WIB

Mesin Tiket dan Kartu Elektronik Jadi Kendala

Kerja mesin tiket yang tidak optimal membuat barisan penumpang mengular.

Rep: Haura Hafizhah/Agata Eta/ Red: Bilal Ramadhan
Antrian yang mengular di Stasiun MRT Bundaran HI, Rabu (3/4).
Foto: Habibie/Jakarta
Antrian yang mengular di Stasiun MRT Bundaran HI, Rabu (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Moda raya terpadu (MRT) Jakarta mulai beroperasi komersial per 1 April 2019. PT MRT Jakarta menyatakan, dalam pelaksanaan hari pertama ditemukan beberapa kendala teknis pada mesin tiket otomatis (vending machine), sehingga terjadi penumpukan pada loket manual.

"Yang menyebabkan pengoperasiannya tidak optimal, sehingga mengakibatkan penumpukan antrean penumpang pada ticket office (gerai tiket)," ujar Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin, Selasa (2/4).

Selain itu, ia mengatakan, ditemukan juga beberapa gerbang pembayaran (passenger gate) yang tidak dapat menerima kartu uang elektronik terbitan lama sejumlah bank. Hal ini mengakibatkan terjadinya antrean panjang selama jam sibuk pada siang dan sore hari.

"Pada sore hari (pada jam pulang kantor) terjadi antrean panjang selama kurang lebih satu jam di Stasiun Bundaran HI," kata dia.

Untuk itu, kata dia, PT MRT Jakarta memutuskan untuk membebaskan pengguna memasuki stasiun dan bebas menggunakan layanan kereta MRT Jakarta mulai pukul 17.10 hingga jam operasi MRT Jakarta berakhir pada pukul 22.30 WIB.

Berdasarkan evaluasi terhadap kendala yang terjadi, PT MRT Jakarta melakukan sejumlah upaya, di antaranya, telah menginstruksikan kontraktor untuk menyelesaikan kendala teknis pada mesin tiket otomatis dan gerbang pembayaran yang bermasalah.

PT MRT Jakarta juga telah melakukan koordinasi dengan bank penerbit kartu uang elektronik. Kamaluddin mengatakan, untuk sementara, mesin tiket otomatis tidak akan difungsikan hingga pengujian ulang dapat memberikan hasil yang optimal. Adapun gerbang pembayaran akan difungsikan normal kembali pada Selasa (2/4) pagi.

Pada hari libur nasional dalam rangka hari raya Isra Mi’raj dimanfaatkan warga Jakarta dan sekitarnya untuk menjajal MRT, Rabu (3/4). Akibatnya, penumpang membeludak di Stasiun Lebak Bulus dan Stasiun Bundaran HI yang menjadi stasiun awal dan akhir pemberangkatan kereta Ratangga.

Pada pukul 12.00 WIB antrean penumpang yang membeli tiket di Stasiun Lebak Bulus mengular hingga dua lapis. Belum berfungsinya mesin tiket pada hari ketiga pengoperasian MRT serta masyarakat yang belum memiliki uang elektronik membuat penumpang pun menumpuk.

Petugas stasiun bahkan sampai harus menggunakan pengeras suara portabel untuk mengarahkan penumpang yang hendak membeli tiket. Sementara, kepadatan lebih parah terjadi di Stasiun Bundaran HI.

Begitu keluar dari peron, penumpang yang baru turun akan disambut oleh antrean panjang. Antrean ini akibat banyaknya penumpang yang turun di stasiun Bundaran HI dan ingin tap out keluar stasiun.

Kondisi diperparah juga dengan mesin tap yang belum berfungsi optimal. Banyak terjadi penumpang melakukan tap kartu, tetapi mesin tidak merespons sehingga harus ditap dengan kartu khusus milik petugas.

"Penuh banget. Naik MRT lagi saja turun di Dukuh BNI," ujar Toni. Awalnya, ia ingin turun di Bundaran HI, tapi melihat antrean keluar yang begitu panjang, ia pun mengurungkan niatnya dan memilih masuk peron kembali dan naik MRT kembali arah Lebak Bulus.

Selain menyebabkan kepadatan di stasiun dan di dalam kereta, minat pengunjung mencoba MRT ini berimbas pula terhadap meningkatnya jumlah penumpang di Halte Transjakarta Lebak Bulus. Halte ini memang tersambung dengan pintu Stasiun MRT Lebak Bulus.

Banyak pengguna MRT yang sudah turun, kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik Transjakarta. Sebaliknya, banyak pula yang turun dari Transjakarta, kemudian langsung menuju ke stasiun MRT.

Belum Selesai

Fasilitas park and ride Stasiun MRT Lebak Bulus masih belum rampung. Pasalnya, lahan park and ride ini masih dalam tahap pengaspalan. Sebab, jalanan park and ride ini sebagian masih penuh dengan tanah yang belum dibeton dan diaspal.

Petugas dari Unit Pengelola Perparkiran Dinas Perhubungan Jakarta Selatan, Budi Harto, mengatakan, tanah pada lahan park and ride ini sedang proses dirapikan dengan cara pengerasan tanah.“ Ya, semua sedang dirampungkan, termasuk masjid untuk sarana warga jika ingin shalat dan ke toilet,” kata Budi sambil menunjuk masjid, Selasa (2/4).

Dengan luas 8.000 meter persegi lahan park and ride Stasiun MRT Lebak Bulus bisa menampung kendaraan motor maupun mobil. Adapun jam operasionalnya dari pukul 05.30 WIB sampai 22.30 WIB.

Menurutnya, lahan yang dijadikan park and ride Stasiun MRT Lebak Bulus ini merupakan lahan eks Polri. Lahan ini sudah beroperasi sejak 23 Maret 2019 dengan tarif motor Rp 2.000 dan tarif mobil Rp 5.000 sekali parkir.

Budi mengaku, park and ride Stasiun MRT Lebak Bulus ini banyak yang harus dibenahi, seperti belum terpasangnya CCTV, pagar masuk dan keluar park and ride, dan aturan yang berlaku jika tiket parkir hilang.

“Harusnya sih memang kalau sudah diresmikan MRT-nya lahan ini juga pengerjaannya harus selesai. Ya sekarang baru 70 persen lah, semuanya kan Pemda yang ngurus,” ujar dia.

Salah satu warga, Kusnadi (62 tahun), mengatakan, lahan parkir yang sebagian masih tanah ini membuat ban mobil kotor dan mengendarai mobil pun tidak nyaman. Sebab, jalannya belum rata. “Ya bagus sih ada tempat parkir, tapi belum bagus buat mobil. Harusnya cepat dirapikan,” kata Kusnadi.

Kusnadi menambahkan, dari lahan park and ride Stasiun MRT Lebak Bulus, ia menghitung jarak langkah selama berjalan menuju pintu masuk selatan Stasiun MRT Lebak Bulus itu sebanyak 750 langkah. “Kalau jalan saya enggak masalah, tapi di depan park and ride belum ada garis penyeberangan. Bahaya kalau menyeberang, apalagi sudah tua kayak saya,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement