Rabu 03 Apr 2019 18:34 WIB

Ada Pelatihan Pengolahan Sampah di Sleman

Edukasi terkait pengelolaan sampah sangat penting bagi masyarakat DIY.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Kegiatan pengolahan sampah menjadi barang yang bermanfaat di Sleman, Yogyakarta (Ilustrasi)
Foto: Republika TV/Wahyu Suryana
Kegiatan pengolahan sampah menjadi barang yang bermanfaat di Sleman, Yogyakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejak penutupan yang sempat terjadi di TPST Piyungan pekan lalu, permasalahan sampah di DIY memang menjadi isu besar. Semua seakan disadarkan pentingnya kemampuan kelola sampah.

Terlebih, kondisi itu sempat membuat sampah di TPS-TPS sekitaran DIY luber hingga ke jalan. Akibatnya, sempat dirasakan pengendara dan tentu mengganggu pemandangan karena terjadi di beberapa titik.

Melihat kondisi itu, Akademi Relawan Indonesia (ARI) mengadakan pelatihan pengelolaan sampah yang menjadi produk yang memiliki nilai jual. Pelatihan digelar di Kampung Josari, Kabupaten Sleman.

Kepala ARI, Andri Perdana mengatakan, edukasi terkait pengelolaan sampah sangat penting bagi masyarakat DIY. Karenanya, ia berharap, dari kemampuan mengelola sampah ini banyak kampung mulai peduli. "Peduli dengan lingkungan dan menghasilkan pendapatan tambahan dari pengelolaan sampah yang dilakukan," kata Andri, Rabu (3/4).

Rencananya, ke depan relawan-relawan dari MRI-ACT DIY turut serta membantu mendampingi masyarakat mengambil bagian.  Utamanya, dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sampah yang ada.

Pada kesempatan itu, ARI menggandeng Project B Indonesia. Itu merupakan lembaga edukasi dan pemberdayaan sampah agar jadi produk-produk kerajinan yang memiliki nilai jual.

Co-Founder Project B Indonesia, Yebi Yuliandala menuturkan, sekitar 75 persen sampah yang dibuang ke TPST berasal dari sampah rumah tangga. Jenisnya beragam mulai organik, plastik, kaca sampai logam.

Yebi mencontohkan, sampah botol air mineral jika dikelola dengan baik dapat dijual Rp 500-1.000 rupiah ber kilogram. Tapi, jika sudah dipisahkan tutup dan botol plastiknya, dapat bernilai Rp 2-3.000.

"Warga Kampung Josari juga diajarkan membuat produk-produk berkualitas dan elegan dengan bahan baku sampah plastik yang memiliki nilai jual," ujar Yebi.

Kegiatan itu diakhiri dengan komitmen masyarakat di Kampung Josari dalam menginisiasi bank sampah. Tujuannya, agar dapat mengelola berbagai produk kerajinan dari sampah.

Sebab, selain memiliki manfaat ekonomi, itu bisa mengurangi dampak negatif kepada lingkungan. Selain itu, menambah tinggi kesadaran masyarakat Kabupaten Sleman dalam mengelola sampah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement