Rabu 03 Apr 2019 13:37 WIB

Marak Hoaks, Ini Pesan Kapuspen TNI kepada Prajurit

Hoaks di medsos dinilai bisa menyebabkan perpecahan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi (kiri) bersama Danpom TNI Mayjen Dedy Iswanto memberikan keterangan pers di Balai Wartawan Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Jumat (22/3/2019).
Foto: Antara/Kahfie Kamaru
Kapuspen TNI Mayjen Sisriadi (kiri) bersama Danpom TNI Mayjen Dedy Iswanto memberikan keterangan pers di Balai Wartawan Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Jumat (22/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Sisriadi, mengatakan, prajurit dan aparat sipil negara (ASN) TNI harus pandai memilih berita yang positif dan bermanfaat. Itu perlu dilakukan untuk menghadapi kabar bohong yang tersebar banyak di media sosial.

"Penyebaran informasi dan berita-berita bohong atau hoaks melalui media sosial dapat menyebabkan perpecahan yang membahayakan persatuan dan kesatuan, serta ke-Bhineka Tunggal Ika-an," ujar Sisriadi dalam keterangan persnya, Rabu (3/4).

Menurut Sisriadi, tantangan yang dihadapi ke depan akan sangat kompleks. Salah satunya, yakni semakin masifnya penggunaan media sosial yang dijadikan sebagai medan pertempuran baru oleh segelintir orang untuk mencapai tujuannya.

"Untuk itu, prajurit, dan PNS TNI harus cerdas, pandai memilih dan memilah berita yang positif dan bermanfaat," ucapnya.

Kapuspen TNI mengingatkan, prajurit dan ASN TNI jangan mudah mempercayai berbagai berita bohong. Ia meminta agar mwreka percaya kepada komandan satuan mereka masing-masing. Itu dilakukan guna membentengi pengaruh negatif dari penggunaan media sosial oleh kelompok yang tidak bertanggungjawab dengan menyebar berita hoaks tersebut.

Sisriadi juga mengatakan, perkembangan lingkungan global yang diwarnai dengan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, telah mempengaruhi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk dinamika pelaksanaan tugas TNI.

Beberapa waktu lalu, Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, menyebutkan, kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan kedewasaan penggunanya akan berbahaya. Hal itu ia katakan terkait penyebaran berita hoaks maupun berita provokatif yang dapat membahayakan stabilitas nasional.

"Kita tidak dapat mengelak dari kemajuan tersebut. Terlebih dengan berkembangnya internet of everything ataupun kecerdasan buatan. Apabila kita tidak dapat menguasai teknologi, maka kita hanya akan menjadi bulan-bulanan, menjadi objek, dan tidak dapat meraih keunggulan," jelas Hadi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (23/3).

Menurut Hadi, masyarakat Indonesia memiliki kemampuan untuk meraih keunggulan tersebut. Banyaknya unicorn yang muncul dan berhasil mengekploitasi teknologi serta berkembang pesat ia sebut semuanya berasal dari masyarakat.

"Berbagai layanan dikembangkan masyarakat memanfaatkan platform internet," katanya.

Hadi menambahkan, harus diakui kemajuan teknologi sangat pesat, termasuk teknologi komunikasi. Tapi, paradoks kemajuan tersebut perlu diantisipasi. Karena itu, kata dia, perlu adanya perhatian dan kerja sama seluruh komponen bangsa untuk menekan paradoks kemajuan teknologi itu dan lebih memaksimalkan sisi positif pemanfaatannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement