REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) belum lama ini membahas kesetaraan gender dalam seminar “Kesetaraan Gender di Era Milenial”. Kegiatan yang menghadirkan para pakar ini ditunjukkan untuk mengomentari kiprah perempuan di era milenial masa kini.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UMM, Frida Kusumastuti, mengajak, para wanita untuk mengedepankan pikiran kreatif atau creative thinking. Hal ini dimaksudkan agar kiprah wanita juga jangan sampai kalah dengan laki-laki. “Hal ini berlaku untuk semua jenis pekerjaan dan aktivitas,” ungkapnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id.
Menurut Frida, setidaknya terdapat tiga indikator untuk menilai bahwa sesorang itu memiliki kompetensi berfikir kreatif atau tidak berdasarkan Torrance Test of Creative Thinking (TTCT). Pertama, kefasihan atau fluence dalam merespons sebuah perintah atau pertanyaan. Kedua fleksibilitas atau respons yang bisa menyesuaikan terhadap pertanyaan atau berfikir secara konvergen serta memiliki banyak alternatif respons.
“Serta yang terakhir adalah novelty atau idenya memiliki sebuah kebaruan," tambah dia.
Kalau ketiga indikator ini tinggi, maka skor creative thinking juga bagus. Kemampuan penyelesaian dalam memecahkan suatu masalah juga tinggi. Meski begitu, antara laki-laki dan wanita harus saling sokong satu sama lainnya.
Di kesempatan tersebut, Ketua Pelaksana, Nata Renaldi, menyatakan kegiatan ini pada dasarnya ingin memberikan pandangan tentang stigma di mana wanita sering dipandang sebelah mata. Sebab, wanita sesungguhnya tidak melulu mengurusi urusan rumah saja, tetapi bisa mengurusi hal lain seperti laiknya rutinitas laki-laki.
"Saya rasa tema ini sudah sesuai untuk mewakili era milenial ini, karena wanita layak untuk bergerak sesuai dengan passionnya masing-masing,” ujar Nata.