Senin 01 Apr 2019 03:58 WIB

Debat Capres, FSGI : Tak Ada Solusi Baru Penanaman Pancasila

FSGI menilai debat capres tak menjawab maksimal soal menanamkan pancasila

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Capres No 01 Joko Widodo bersama Capres No 02 Prabowo Subianto dan ketua KPU Arief Budiman saat debat keempat Capres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3).
Foto: Republika/Prayogi
Capres No 01 Joko Widodo bersama Capres No 02 Prabowo Subianto dan ketua KPU Arief Budiman saat debat keempat Capres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyoroti tema ideologi dalam debat Capres pada Sabtu, (30/3). FSGI memandang pertanyaan soal menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda tak terjawab maksimal.

Wasekjen FSGI, Satriwan Salim menilai masing-masing Capres sepakat cara menanamkan ideologi Pancasila kepada generasi bangsa yaitu lewat pendidikan bukan indoktrinasi. Tapi FSGI menyatakan hal itu sudah dijalankan  sejak SD-Perguruan Tinggi sebagai salah satu subjek mata pelajaran.

Baca Juga

"Artinya jawaban kedua Capres yang akan memasukkan ideologi Pancasila melalui kurikulum pendidikan di sekolah sampai perguruan tinggi adalah jawaban yang sudah terealisasi. Jadi tampak tidak ada strategi baru dari para Capres," katanya dalam keterangan resmi, Ahad (31/3).

Ia menyebut Pancasila sudah dimasukkan ke dalam kurikulum dengan mata pelajaran PPKn/PKn di sekolah. Selain itu bisa melalui kegiatan ekstrakurikuler dan proses pembiasaan yang dibangun menjadi budaya sekolah."Inilah tiga langkah yang sedang dilakukan saat ini dalam dunia pendidikan dalam rangka menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila," ujarnya.

Namun FSGI menyoroti kelemahan pendidikan Pancasila tidak menariknya metode penyampaian karena masih didominasi dengan ceramah satu arah, lanjut tanya jawab atau presentasi. Sebagai solusi, FSGI meminta pemerintah mesti melatih guru dan dosen PPKn/PKn.

"Inilah yang saat ini masih minim didapatkan oleh para pegiat Pancasila di pendidikan formal. Sehingga tidak heran jika ditanya kepada siswa/mahasiswa ketika usai mengikuti pelajaran Pancasila, mereka banyak yang merasa jenuh, bosan mengikutinya, sebab disampaikan dengan tidak menarik," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement