REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru CSIS yang memprediksi partai baru, di antaranya PSI terancam tak lolos parliamentary threshold atau ambang batas parlemen, menunjukkan partai baru sulit diterima masyarakat. Hal itu diutarakan oleh Direktur for Presidential Studies-DECODE UGM Nyarwi Ahmad.
Nyarwi mengatakan, dalam memilih partai, masyarakat Indonesia masih mempertimbangkan identitas dan tokoh yang ada di partai itu. "Partai-partai politik baru rata-rata identitasnya lemah dan tokoh-tokoh yang dimiliki pun belum sepenuhnya populer atau berpengaruh," katanya, Kamis (28/3).
Partai-partai politik lama, lanjut Nyarwi, butuh waktu beberapa tahun untuk memiliki identitas yang kuat. "Itu pun eksistensi partai-partai tersebut pada awalnya banyak yang tergantung kepada tokoh," kata doktor bidang komunikasi politik dan pemasaran politik lulusan Universitas Bournemouth, Inggris, itu.
Sebelumnya, pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Ari Junaedi menilai, PSI kurang santun dalam berpolitik serta tidak bisa melepaskan diri dari gaya anak muda yang temperamental. Ari mengaku termasuk yang menaruh harapan besar terhadap partai milenial itu pada saat-saat awal berdiri. Namun, menurutnya, di tengah-tengah perjalanannya, partai yang dipimpin Grace Natalie tersebut kerap mengeluarkan blunder yang tidak perlu.
Ari menyebut penolakan Perda Syariah dan poligami sebagai isu sensitif yang terlalu dini dimainkan oleh PSI sebagai partai baru sehingga mengundang reaksi negatif kepada partai itu. "Pernyataan perda syariah dan poligami yang masuk dalam ranah filosofis keagamaan sebaiknya tidak disentuh PSI di awal kampanye. Dengan cara seperti itu, PSI mengobarkan perang dengan kaum mayoritas," kata Ari, Kamis (21/3).
Selain itu, PSI juga kerap mengeluarkan pernyataan yang menyinggung partai lain bahkan partai sesama anggota koalisi pendukung Jokowi. Misal, pernyataan PSI yang menyinggung kiprah partai-partai lama soal pendampingan terhadap gender, yang nyatanya sudah digarap oleh partai-partai yang jauh lebih senior.
Semestinya menurut Ari, PSI lincah bermanuver di pusaran isu-isu nasional tanpa membuat permusuhan dengan partai-partai lain. PSI, kata dia, harusnya percaya diri bermain di isu-isu milenial mengingat captive market-nya di kalangan milenial atau pemilih pemula.
"Ini kan tidak, PSI membuka front pertempuran dengan partai-partai senior, tidak peduli yang ada di dalam koalisi atau tidak serta tidak menggarap intens pasar potensialnya," kata Ari.
Hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang diumumkan di Jakarta, Kamis, memprediksi partai-partai baru, yakni PSI, Perindo, Partai Berkarya, dan Partai Garuda tak lolos ambang batas empat persen. Elektabilitas PSI 0,5 persen, Perindo 1,1 persen, Partai Garuda 0,1 persen, dan Partai Berkarya 0,1 persen.
Adapun, partai lama yang terancam tidak lolos ke Senayan adalah PKPI 0,2 persen, PBB 0,4 persen, dan Partai Hanura 0,8 persen. Sementara, PPP 3 persen dan PAN 2,5 persen juga masih belum aman karena masih dalam rentang margin of error ancaman ketidaklolosan ke parlemen.
Sementara, partai dengan elektabilitas tertinggi berturut-turut adalah PDI Perjuangan 25,9 persen, Partai Gerindra 13,3 persen, Partai Golkar 9,4 persen, PKB 7 persen, Partai Demokrat 5,5 persen, PKS 4,6 persen, dan Partai NasDem 4,3 persen. Adapun yang belum menentukan pilihan sebanyak 3,2 persen dan yang tidak menjawab atau menjawab rahasia sebanyak 18,2 persen.
Survei CSIS ini dilakukan 15-22 Maret 2019 dengan jumlah sampel sebesar 1.960 yang tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia. Margin of error survei ini sebesar +/- 2,21 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Wakil Ketua DPW PSI DKI Jakarta Rian Ernest pernah menyatakan optimismenya bahwa PSI dapat mencapai ambang batas parlemen. Ernest mengacu pada survei terbaru Indonesia Elections and Strategic (IndEX) Research yang menunjukkan elektabilitas PSI melejit hinga ke angka 4,1 persen.
"Tentu saja kami akan bekerja lebih keras ke depannya untuk mengamankan posisi ke Senayan," ujar dia, Sabtu (23/2).
Ia pun mengimbau kepada seluruh caleg PSI agar langsung terjun ke masyarakat untuk mendengar keluh kesah dari masyarakat. Sebab, ia ingin publik mengetahui visi, misi, dan program PSI dari calegnya langsung.
"Terus blusukan bagi para caleg, sambil paparkan pencapaian dan program Pak Jokowi ke depannya," ujar Rian Ernest.
Ernest percaya kampanye door to door bisa menjadi kunci untuk mendapatkan hati rakyat. Selain itu, ia mengatakan, kampanye jenis itu dapat menjadi sarana mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat.