Kamis 28 Mar 2019 09:19 WIB

Rasialisme Masih Marak di Sepak Bola Eropa

Federasi Sepak Bola Eropa bahkan menyebut kasus rasialis ini sebagai sebuah bencana.

Selebrsi gol Raheem Sterling seusai menjebol gawang Montenegro.
Foto: AP Photo/Darko Vojinovic
Selebrsi gol Raheem Sterling seusai menjebol gawang Montenegro.

REPUBLIKA.CO.ID, Masalah rasialisme di sepak bola Eropa seolah tak pernah selesai. Setelah berbagai kasus rasialis di Liga Primer Inggris dan Seri A, kini kasus serupa sudah menjamur di Piala Eropa. Puncaknya, apa yang terjadi saat Inggris berhadapan dengan Montenegro dalam kualifikasi Piala Eropa 2020.

Tidak tanggung-tanggung, Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) bahkan menyebut kasus rasialis ini sebagai sebuah 'bencana'.

Bagaimana tidak, sekelompok suporter Montenegro melakukan nyanyian bernada rasialis, yang bisa dengan mudah didengar semua orang.

Tindakan rasialis tersebut diarahkan kepada beberapa pemain Inggris, termasuk Raheem Sterling, Danny Rose, dan Callum Hudson-Odoi. Sterling yang mendengar nyanyian penghinaan tersebut kemudian bereaksi dengan menaruh tangannya di kuping dengan mengarahkan kepada suporter Montenegro setelah mencetak gol.

Reaksi yang keras juga muncul dari Presiden UEFA Aleksander Ceferin. "Ini bencana. Saya tidak percaya orang-orang seperti ini masih ada," kata Ceferin, dikutip dari Sky Sports, Rabu (27/3).

Ceferin bahkan tidak dapat berkata banyak terkait persoalan ini. Ia menyatakan telah melimpahkan kasus ini kepada Komite Disiplin UEFA. Sikap keras juga disampaikan oleh Pemerintah Montenegro. Menteri Pemuda dan Olahraga Montenegro, Nikola Janovic, mengutuk penghinaan terhadap pemain Inggris. Ia menegaskan, rasialis tidak lazim dilakukan di negaranya.

Janovic menyatakan, tidak ada ruang bagi rasialis, chauvinisme, dan nasionalisme di Montenegro. "Jika seorang individu dari sebuah kelompok benar-benar mengirimkan pesan yang tidak dapat diterima, saya dengan tegas mengutuknya, sebagai bagian dari pemerintah dan menteri pemuda dan olahraga," kata Janovic.

Sebagai mantan atlet dan kini seorang menteri, Janovic menyatakan kepada masyarakat internasional bahwa di negaranya tidak akan pernah dan akan ada basis untuk rasialis, chauvinisme, dan nasionalisme. Menurut dia, semangat dari negaranya dalam menyambut pertandingan sepak bola sangat jelas dari adanya karnaval, saat pertandingan lawan Inggris, maupun dalam pertandingan sebelum nya.

"Baik fan domestik maupun fan asing bertepuk tangan untuk lagu kebangsaan masing-masing dan pemain tim tamu saat mereka mencetak gol," ujar Janovic.

Sebelumnya, pelatih tim nasional (timnas)Inggris Gareth Southgate bakal melaporkan nyanyian rasialis yang didengarnya dalam kemenangan 5-1 timnya atas Montenegro saat kualifikasi Piala Eropa 2020. Ia mengaku mendengar langsung nyanyian yang ditujukan kepada pemainnya, Danny Rose, dalam laga di Podgorica, Selasa (26/3) dini hari WIB.

Southgate mendengar Rose mendapatkan perkataan kasar dari fan tuan rumah. Namun, ia belum tahu apakah nyanyian rasialis tersebut juga ditujukan kepada Raheem Sterling yang merayakan golnya dengan tangan berada di kuping, seolah ingin mengejek yang bersi kap rasial ke arah pendukung Monte negro.

"Itu jelas tidak dapat diterima," ujar Southgate dikutip dari Sky Sports. (Eko Supriyadi ed:citra listya rini)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement