Rabu 27 Mar 2019 17:19 WIB

Warga Tutup Akses ke TPST Piyungan

Penutupan akses ini telah dilakukan sejak Ahad (24/3) lalu.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Esthi Maharani
Suasana di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, DIY pada Kamis (19/4). Pengelolaan TPST yang belum optimal dipersoalkan oleh masyarakat sekitar karena aroma tak sedak kian pekat dan meluas.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Suasana di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, DIY pada Kamis (19/4). Pengelolaan TPST yang belum optimal dipersoalkan oleh masyarakat sekitar karena aroma tak sedak kian pekat dan meluas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Warga Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo, Piyungan, Bantul menutup akses ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Penutupan akses ini telah dilakukan sejak Ahad (24/3) lalu.

Ketua Komunitas Pemulung Piyungan, Maryono mengatakan, penutupan dilakukan karena tuntutan warga yang belum dipenuhi oleh pemerintah. Warga meminta TPST tersebut dibenahi karena tempat pembuangan sampah yang sudah melebihi kapasitas.

"Ditutup dikarenakan dermaga yang di atas untuk pembuangan sudah sempit. Bahkan tidak bisa lagi untuk pembuangan," kata Maryono kepada Republika, Rabu (27/3).

Selain itu, jalan menuju tempat pembuangan juga berlubang dan berlumpur. Sehingga, antrian truk untuk membuang sampah pun mencapai kurang lebih 1,5 kilometer.  Bahkan, satu truk yang biasanya dapat membuang sampah hingga tiga kali trip, hanya bisa satu kali saja karena antrian membuat truk harus menunggu 8-9 jam hanya untuk membuang satu truk sampah. Warga pun memutuskan untuk menutup akses ke TPST tersebut agar pemerintah bisa segera memperbaiki jalan rusak tersebut.

"Mohon dermaga yang di atas itu untuk diberikan tanah urug untuk sementara waktu. Jadi pembuangan kurang lebih bisa empat sampai lima kali trip satu truknya. Jadi antrian tidak mengular sampai ke bawah," jelasnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, DIY, Ari Budi Nugroho mengatakan meski warga menutup akses TPST, tetapi tidak ada penumpukan sampah di Bantul.

"(Kondisi sampah) Masih normal," kata Ari kepada Republika, Rabu (27/3).

Ia menjelaskan, pihaknya mengoptimalkan depo sampah dan TPS dengan sistem 3R (reuse, reduce dan recycle). Hal ini dilakukan guna mengantisipasi penumpukan sampah akibat penutupan TPST Piyungan ini.

"Kita ada tiga depo sampah dan 34 TPS 3R," katanya.

Di depo sampah dan TPS 3R ini, sampah yang telah dikumpulkan akan dipilah. Nantinya, sampah organik akan dijadikan kompos. Sementara, sampah non organik akan dibuat berbagai bentuk karya.

"Ini bernilai ekonomi jika dijual. Sehingga, situasi masih aman dan terkendali," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement