Rabu 27 Mar 2019 12:31 WIB

Dataran Tinggi Golan, Dekrit Trump, dan Respons Dunia

Dataran Tinggi Golan diklaim Israel dan Donald Trump mendukung klaim Israel itu.

Rep: Teguh Firmansyah, Kamran Dikarma/ Red: Elba Damhuri
Presiden AS, Donald Trump menandatangani dokumen pengakuan atas Dataran Tinggi Golan merupakan wilayah Israel
Foto:

Kecaman terhadap Trump berdatangan, khususnya dari Palestina dan Liga Arab. Liga Arab menyatakan keputusan Trump mengakui kedaulatan Israel atas Golan tidak akan mengubah status wilayah tersebut.

"Dataran Tinggi Golan tetap wilayah Suriah yang diduduki," demikian sikap Liga Arab.

Israel mulai menduduki sekitar dua pertiga Dataran Tinggi Golan setelah Perang Arab-Israel berakhir pada Juni 1967. Tel Aviv menganeksasi atau mencaplok wilayah tersebut pada 1981. PBB, termasuk Uni Eropa, tidak mengakui pendudukan tersebut hingga saat ini.

Menurut Liga Arab, legitimasi pendudukan Israel adalah orientasi baru kebijakan AS. Hal itu juga disebut selaras dengan posisi dan keinginan Israel. "Semua ini akan dibahas pada KTT (Liga Arab) pekan depan di Tunisia," demikian pernyataan Liga Arab.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas pun mengutuk keputusan Trump. Dia menyebut langkah Trump sebagai langkah yang ilegal. "Tidak ada legitimasi yang dapat mengesampingkan resolusi Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum PBB, atau Prakarsa Perdamaian Arab (2002)," kata Abbas, dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA, Senin (25/3).

Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, turut memprotes dan mengecam keputusan Trump. Dia menegaskan, Dataran Tinggi Golan akan selamanya menjadi bagian integral dari Suriah. 

"Hamas mendukung Suriah dalam menghadapi arogansi Amerika yang tidak menghormati adat atau hukum internasional, yang juga telah memengaruhi isu Yerusalem dan pengungsi (Palestina)," ujar Haniyeh.

Kecaman dan protes tak hanya datang dari negara-negara Arab, tapi juga negara-negara Eropa, seperti Prancis, Jerman, dan Rusia. Mereka menilai langkah Trump melanggar ketentuan resolusi dan hukum internasional.

Pemerintah Rusia menilai langkah Trump dapat menimbulkan konsekuensi negatif untuk situasi di Timur Tengah. “Keputusan ini pasti akan memiliki konsekuensi negatif, baik untuk proses penyelesaian Timur Tengah dan seluruh atmosfer dalam penyelesaian politik Suriah. Tidak ada yang meragukan hal ini,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Selasa (26/3), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Di sisi lain, Peskov menegaskan bahwa diakuinya Golan sebagai wilayah Israel oleh AS telah melanggar hukum internasional. “Kami menyesali hal ini,” ujar dia.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu senang bukan kepalang atas dukungan yang diberikan Trump. "Israel tidak pernah memiliki teman yang lebih baik daripada AS. Ini hari yang bersejarah," kata Netanyahu, seperti dilansir CNN.

(reuters ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement