REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan mendorong pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) atau yang biasa disebut renewable energy. Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak berpendapat, hal ini penting dilakukan untuk membangun daya saing bangsa, khususnya dalam hal penguasaan EBT.
"Terlebih lagi jika tidak segera dilakukan maka biaya teknologinya bisa semakin tinggi di kemudian hari," kata Emil di Surabaya, Ahad (24/3).
Emil berpendapat, tantangan yang dihadapai saat ini yaitu tersedianya listrik yang lebih murah, namun berbasis pada fosil sepeti minyak bumi, dan batu bara. Menurutnya, dalam jangka panjang penggunaan fosil akan berdampak buruk pada lingkungan. Padahal, Jatim memiliki banyak sumber energi baru terbarukan, meskipun untuk mengolahkan membutuhkan dana yang lebih besar.
“Indonesia termasuk Jatim memiliki sumber energi terbarukan yang cukup kaya dan beragam, baik berasal dari air, tenaga surya, panas bumi, mikro hidro, dan angin,” ujar Emil.
Emil menjelaskan, profil energi terbarukan di Jatim sendiri antara lain yakni panas bumi mencapai 1.175 Megawatt (MW), air mencapai 525 MW, angin 7.907 MW, bioenergi 3.420 MW, dan surya mencapai 10.335 MW. Dari beberapa potensi energi terbarukan tersebut, optimalisasi energi surya dan panas bumi akan terus dilakukan.
“Geothermal merupakan salah satu yang potensial dan perspekstif, apalagi Jatim juga termasuk dalam kawasan ring of fire,” kata Emil.
Prinsip pengembangan EBT di Jatim, lanjut Emil, salah satunya yakni dengan menyentuh kawasan terisolasi menggunakan enegi terbarukan. Dimana pembangkit listrik bebasis diesel masih sangat mahal. Dicontohkan, untuk daerah kepulauan bisa memanfaatkan tenaga surya ataupun air sebagai pembangkit listriknya.
“Inilah area-area yang akan kita sentuh lebih dulu, yang mana kesesuaiannya dengan kondisi real masih ada. Harapannya dalam pemanfaatan EBT tidak lagi terpaku pada perbandinan harga fossil fuel," ujar Emil.