Ahad 24 Mar 2019 22:54 WIB

Pemuda Milenial Semarang: Hoaks Itu Hantu bagi Pemilu

Milenial Antihoax Semarang mengajak masyarakat untuk hindari hoaks.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Hasanul Rizqa
Sejumlah anak muda yang tergabung dalam Milenial Antihoax Semarang mengenakan kostum hantu saat menggelar aksi di arena Car Free Day (CFD) di kawasan Simpanglima, Kota Semarang, Ahad (24/3). Aksi ini digelar untuk mengampanyekan kewaspadaan masyarakat seiring maraknya berita hoaks jelang Pemilu 2019.  (Foto: Istimewa)
Sejumlah anak muda yang tergabung dalam Milenial Antihoax Semarang mengenakan kostum hantu saat menggelar aksi di arena Car Free Day (CFD) di kawasan Simpanglima, Kota Semarang, Ahad (24/3). Aksi ini digelar untuk mengampanyekan kewaspadaan masyarakat seiring maraknya berita hoaks jelang Pemilu 2019. (Foto: Istimewa)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Keresahan terhadap maraknya hoaks membuat puluhan anak-anak muda mengampanyekan aksi pada arena Hari Bebas Kendaraan (car-free day/CFD) di kawasan Simpanglima, Semarang, Ahad (24/3). Untuk menarik perhatian umum, mereka melakukan aksi itu dengan mengenakan berbagai kostum layaknya hantu.

Mereka merupakan komunitas remaja yang tergabung dalam Milenial Antihoax Semarang. Kampanye yang mereka jalankan merupakan bentuk perlawanan terhadap berbagai berita bohong atau menyesatkan terkait dengan pemilihan umum 2019.

Baca Juga

Koordinator Milenial Antihoax Semarang, Arvin Wijaya mengatakan, kegiatan yang melibatkan beberapa komunitas anak muda ini bertujuan mengajak masyarakat khususnya warga Kota Semarang agar lebih mawas diri. Sebab, penyebaran berbagai berita bohong atau hoaks cenderung marak menjelang pemilu 2019.

“Makanya, aksi kami memanfaatkan momentum CFD, yang selama ini menjadi pusat aktivitas warga dan tempat berkumpulnya warga Kota Semarang, setiap Ahad pagi,” ungkap Arvin Wijaya, Ahad (24/3).

Beberapa peserta aksi sengaja mengenakan kostum layaknya hantu untuk menarik perhatian pengunjung CFD kali ini. Adapun busana "menyeramkan" itu cukup marak ditampilkan dalam film- film. Sebut saja, hantu pocong, kuntilanak, serta genderuwo.

Untuk lebih meyakinkan publik, para peserta aksi ini juga mengusung beragam poster dan spanduk yang mengingatkan masyarakat supaya tidak mudah terhasut. Orang-orang juga diimbaunya untuk tidak menyebarluaskan berita atau kabar yang menyesatkan tentang pemilu 2019.

Arvin menambahkan, cara- cara yang tidak cerdas seperti para penyebar hoaks dapat berpotensi memecah-belah bangsa. Keutuhan Republik Indonesia pun dapat terancam.

Aksi ini membawa pesan kepada masyarakat supaya berhati-hati ketika menerima sebuah informasi, baik melalui media sosial atau lainnya. Intinya, publik diminta untuk menyaring terlebih dulu informasi yang diterima, sebelum memutuskan untuk menyebarkannya kepada khalayak yang lebih luas.

Pemilihan kostum hantu dalam kegiatan kali ini, lanjutnya, untuk mengibaratkan hoaks seperti hantu yang menakutkan.

“Kami senang, warga Kota Semarang cukup antuasis saat kampanye tadi, meskipun dalam kondisi hujan gerimis. Bahkan, tidak sedikit masyarakat yang malah mengajak berfoto rekan kami yang berkostum hantu,” tambah Arvin.

Sementara itu, Ricky salah satu peserta aksi ini memaparkan, Milenial Antihoax Semarang murni bergerak atas inisiatif swadaya, sehingga bebas dari afiliasi politik tertentu. Aksi ini netral dan hanya ingin membuktikan, kaum milenial bisa berperan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

“Indonesia jangan sampai terpecah belah haya karena beda pilihan serta Pemilu 2019 dapat dilaksanakan oleh seluruh bangsa Indonesia dengan aman, tertib dan lancar tanpa ada gesekan horizontal atau antar para pendukung maupun simpatisan,” tegas Ricky, Ahad (24/3).

Dia melanjutkan, seharusnya anak-anak muda bangga dapat menyuarakan dan menyebarluaskan kebenaran. Jangan mudah membagikan suatu informasi yang tidak jelas kebenaran dan sumbernya karena itu boleh jadi berakibat fatal.

“Ke depan kami akan gelar kegiatan serupa dengan menggandeng komunitas milenial lainnya yang lebih masif. “Kami menyebarkan dan menyuarakan agar anak bangsa senantiasa menyebarkan kebaikan dan meningkatkan persatuan demi merawat bangsa ini,” kata Ricky.

Sebelumnya, komunitas anak muda ini mengawali aksi mereka di lapangan Pancasila. Agar mampu menarik perhatian warga yang berada di kawasan pusat keramaian Kota Semarang ini, mereka mengawali aksi di depan giant letter 'Simpanglima'.

Andhin (21), salah seorang warga yang ikut menyaksikan aksi para Milenial Antihoax Semarang ini mengakui, kreativitas dan semangat yang ditunjukkan cukup bagus. Karena kostum yang dikenakannya.

"Boleh juga, mungkin dengan cara- cara konvensional masyarakat juga sudah terlalu sering hingga dianggap biasa. Sehingga perlu juga cara- cara seperti ini agar pesan- pesan yang ingin disampaikan bisa lebih mengena," tandas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement