Ahad 24 Mar 2019 22:13 WIB

Kemelut PSSI Diharap tak Berpengaruh ke Pembinaan Atlet

Yayuk Basuki berharap kemelut PSSI tidak berimbas ke pembinaan atlet di daerah.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Hasanul Rizqa
Yayuk Basuki
Foto: Antara
Yayuk Basuki

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Persoalan mungkin saja tak kunjung usai membelit kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai induk organisasi sepak bola di Tanah Air. Namun, pembinaan potensi dan bakat di tingkat daerah jangan sampai terabaikan.

Hal itu disampaikan anggota Komisi X DPR RI, Yayuk Basuki saat membuka Turnamen Sepakbola Usia Dini Kelompok Umur 2006/2007. Ajang yang memperebutkan Piala Yayuk Basuki itu digelar di Lapangan Gelora Jambu, Kabupaten Semarang, Ahad (24/3).

Baca Juga

Lebih lanjut, perempuan bernama asli Nani Rahayu Basuki itu menegaskan, asa dalam regenerasi atlet mesti ada. Hal itu untuk mencetak prestasi di cabang olahraga sepak bola, khususnya di level nasional dan internasional. Dia berharap, kemelut persoalan di tingkat kepengurusan pusat tidak sampai berpengaruh ke daerah-daerah.

Pada intinya, pembinaan atlet usia dini perlu diintensifkan. Dengan begitu, nantinya tetap akan muncul atlet-atlet baru yang dapat mengharumkan nama Indonesia di level antarbangsa.

“Karena atlet berprestasi itu pasti muncul dari daerah, kemudian berjenjang dan seterusnya hingga tingkat internasional,” kata Yayuk Basuki, Ahad (24/3).

Legenda tenis lapangan nasional ini mengungkapkan, belum lama ini pihaknya sudah menggelar turnamen tenis meja di Kota Semarang. Kemudian, turnamen olahraga rekreasi tenis, tenis lapangan, bulutangkis dan turnamen voli usia dini.

Khusus untuk turnamen sepakbola, dia mengaku tetap optimistis masih akan bisa melahirkan bakat-bakat baru. Caranya dengan memperbanyak turnamen karena animo usia dini cukup besar.

Seperti turnamen kali ini, para peserta datang dari beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah. Selain mengasah bakat-bakat belia, kompetisi ini juga diharapkan berdampak positif bagi pembentukan karakter anak bangsa.

"Artinya, tidak ada waktu lagi bagi mereka untuk bermain ponsel, mengenal miras atau bahkan narkoba. Demikian halnya dalam pembinaan atlet, wajib diarahkan ke sisi positif. Saya percaya, meski pada persoalan di kepengurusan pusat hal itu tidak akan berpengaruh ke daerah bila semua dikuatkan," tutur tokoh kelahiran Yogyakarta itu.

Semua upaya tadi, lanjut dia, merupakan implementasi gerakan Revolusi Mental. Salah satunya, bisa diawali dengan mendidik budi pekerti para atlet melalui olahraga. “Mari kita mulai dari olahraga, karena pasti bisa membentuk mental-mental yang baik agar berprestasi,” tandasnya.

Turnamen ini diikuti oleh 40 tim dari beberapa kabupaten/ kota di Jawa Tengah. Seperti tuan rumah Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, Temangung, Grobogan serta Kabupaten/ Kota Magelang.

Kejuaraan ini digelar satu hari penuh dengan memanfaatkan tiga lapangan sekaligus. Seluruh wasit diambilkan dari Asosiasi Kabupaten (Askab), "Semuanya berlisensi karena kita tidak mau pakai wasit yang asal-asalan apalagi ini untuk pembinaan,” kata perwakilan panitia pelaksana, Ahmad Febrianto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement