Ahad 24 Mar 2019 20:51 WIB

SBY: Saya Minta Maaf tak Bisa Berpartisipasi Langsung

Meski tak bisa hadir, SBY memberikan pesan-pesan krusial kepada seluruh kadernya.

Rep: Bambang Noroyono / Red: Ratna Puspita
Ketua Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) usai berorasi di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (24/3).
Foto: Republika/Nawir Arsyad Akbar
Ketua Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) usai berorasi di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (24/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak bisa membuka kampanye terbuka pertama partainya menuju Pemilu 2019. Lewat saluran video, Presiden ke-6 RI itu, menyampaikan permohonan maafnya kepada para kader Bintang Merci.

Dalam video tersebut, SBY terpaksa tak bisa ikut berkampanye. Sebab, kondisi istrinya, Kristiana Herrawati (Ani Yudhoyono), masih dalam perawatan di Rumah Sakit (RS) Singapura.

Baca Juga

“Saya meminta maaf, karena pada hari-hari yang penting ini tidak bisa berpartisipasi secara langsung (dalam kampanye) di Tanah Air. Karena masih harus mendampingi Ibu Ani, dalam perawatan yang intensif di rumah sakit,” kata SBY dalam video yang diputar membuka kampanye terbuka pertama Partai Demokrat di GOR Ciracas, Jakarta Timur (Jaktim), Ahad (24/4).

Meski tak bisa hadir, SBY memberikan pesan-pesan krusial kepada seluruh kadernya di Tanah Air. Pesan tersebut, menginstruksikan kepada seluruh Partai Demokrat berjuang dengan cara-cara yang baik dan taat asas serta hukum, demi memperoleh kepercayaan masyarakat Indonesia.

SBY tak menghendaki, kadernya melakukan kampanye-kampanye yang menjerumuskan masyarakat ke dalam perpecahan. Pesan tersebut, terutama ia tegaskan kapada kader yang maju sebagai calon anggota legislatif di tingkat nasional, pun daerah. 

Paling penting, SBY mengatakan, agar para kadernya mengedapankan kepentingan rakyat di atas segalanya. “Seraya berdoa, dan memohon bertolongan Tuhan,” ujar dia.

Meski tak bisa membuka kampanye pertama Partai Demokrat, SBY menurunkan langsung putera sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono, menjadi juru kampanye utama partainya. Agus, sejak 2017 menjadi bintang baru di Partai Demokrat setelah didaulat menjadi Komandan Satuan Tugas Bersama (Kosgama) pemenangan partainya.

Dalam orasi politiknya, Agus menyindir banyak hal dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Persoalan ekonomi, dan perdagangan, serta kesejahateraan, dan nasib para guru honorer, sampai daya beli masyarakat yang menurun menjadi catatan kritik.

Ia menebalkan pentingnya mengembalikan stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat di pemerintahan yang akan datang. Kemerosotan harga komoditas dalam negeri pun menurun dalam lima tahun terakhir. 

Termasuk, kata dia, kebutuhan makanan pokok yang mengalami kelonjakan harga. Situasi tersebut menurutnya, yang harus menjadi prioritas penanganan dalam pemerintahan baru hasil Pemili 2019.

“Satu tahun terakhir saya banyak berkeliling nusantara. Menyerap aspirasi, dan berdialog dengan masyarakat. Saya baru kembali dari Sumatera Selatan (Sumsel), dan Sumatera Barat (Sumbar),” kata Agus.

Dia mengatakan, ada ketimpangan nilai jual dua komoditas ekspor dan konsumsi di dua wilayah tersebut.  Agus mencontohkan, menurunnya harga jual karet di tingkat petani saat ini di angka Rp 15 ribu per kilogram.

Sementara harga beras, kata dia mencapai Rp 50 ribu. “Harga karet hancur. Sementara harga beras naik,” kata Agus.

Selain itu, Agus juga mencatat pemerintahan saat ini yang tak mampu meningkatkan kesejahteraan para pegawai dan guru honorer. Ia membandingkan situasi tersebut pada era kepemimpinan ayahnya, yang mengangkat lebih dari sejuta pegawai atau guru honorer. Agus menambahkan kemiskinan saat ini mencapai 40 persen.

Orasi Agus selama hampir 20 menit lebih banyak membandingkan antara keberhasilan 10 tahun kepemimpinan SBY, dengan lima tahun periode Jokowi. Agus juga menyoroti, sejumlah penegakan hukum di era sekarang ini yang tebang pilih, dan represif terhadap para aktivis dan kritikus pemerintah.

Padahal, dia mengatakan, selama SBY memimpin, tak pernah sekalipun ayahnya menggunakan kekuasaan, untuk membungkam para kritikus. “Partai Demokrat ingin mengembalikan demokrasi dan penegakan hukum ke jalur yang semestinya,” sambung dia.

Kampanye pembuka dari Agus kali ini berbeda. Karena di lokasi orasi, Agus meminta akademisi Rocky Gerung yang sengaja ia bawa berkampanye membedah apa yang ia sampaikan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement