REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Program Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Aria Bima, menilai kubu sebelah sulit bersaing dari segi program untuk meningkatkan elektabilitas pasangan calon dukungannya. Hal tersebut ia sampaikan karena jelang pemilihan presiden (Pilpres) bermunculan berita hoaks yang ditujukan kepada paslon nomor urut 01 tersebut.
"Kubu sebelah sudah terlalu sulit untuk berkontestasi program, terlalu berat untuk dilawan hasil sukses Pak Jokowi," ujar Aria Bima di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/3).
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut menuding, turunnnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin pada Februari 2019 karena hoaks. Beberapa di antaranya berita hoaks yang sempat viral adalah penghapusan pendidikan agama, legalisasi LGBT, dan munculnya kondom berlogo paslon 01 tersebut.
"Karena saya melihat ada suatu cara melawan sekeras mungkin, kalau itu (berita hoaks) disikapi dengan cara hukum pasti akan mengarah kepada bentuk kriminalisasi atau otoritarian dari penguasa yang ada," ujar Aria Bima.
Demi menangkal hoaks yang ditujukan kepada Jokowi-Ma'ruf Amin, TKN akan menyampaikan ke masyarakat bahwa berita-berita tersebut tidak benar adanya. Khusunya, dalam kampanye terbuka yang akan dilaksanakan pada 24 Maret hingga 13 April mendatang.
"Kalau perlu dalam iklan-iklan kampanye besok akan kami sampaikan mana-mana saja yang hoaks, tidak hanya menyampaikan keberhasilan untuk para calon pemilih," ujar Aria Bima.
Ia pun optimistis, paslon Jokowi-Ma'ruf Amin dapat memenangkan Pilpres 2019. Dengan meraih suara di atas 50 persen, guna mengunci kemenangan dalam pesta demokrasi 17 April nanti.
"Kami tetap yakin bahwa Jokowi-Ma'ruf Amin akan leading dan leaded di angka minimal 56 perses, dengan prediksi kami sekitar 60,1 persen," ujar Aria Bima.