Selasa 19 Mar 2019 22:22 WIB

BMKG Deteksi 178 Titik Panas di Sumatra

Titik panas mengindikasikan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Kepala Stasiun Meteorologi SSK II Pekanbaru Sukisno memperlihatkan titik panas yang tersebar di pulau Sumatera di kantor BMKG Pekanbaru, Riau, Jumat (28/9).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Kepala Stasiun Meteorologi SSK II Pekanbaru Sukisno memperlihatkan titik panas yang tersebar di pulau Sumatera di kantor BMKG Pekanbaru, Riau, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi sebanyak 178 titik panas di enam provinsi di Pulau Sumatra. Hotspots mengindikasikan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla)

Berdasaran pencitraan satelit Terra dan Aqua, Selasa, pukul 16.00 WIB, titik-titik panas sebagai indikasi karhutla dengan tingkat kepercayaan 50 persen tersebut sebagian besar di antaranya menyebar di Provinsi Riau, mencapai 156 titik-titik.  Selain itu, titik panas juga menyebar di Sumatra Barat sembilan titik, Kepulauan Riau delapan titik, Sumatra Utara tiga titik, serta Bengkulu dan Aceh masing-masing satu titik.

Baca Juga

Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sukisno mengatakan, 156 titik panas di Riau tersebar di 11 kabupaten dan kota. Jumlah titik panas tersebut tercatat sebagai yang terbanyak sepanjang 2019 ini. Dari 156 titik panas, ia mengatakan mayoritas terpantau di Kabupaten Bengkalis dan Pelalawan, masing-masing 38 dan 37 titik panas.

"Di Kabupaten Meranti ada 29 titik, Kota Dumai 16 titik, Rokan Hilir 17 titik," ujarnya.

Titik panas juga terpantau di Indragiri Hulu empat titik, Siak tujuh titik, Indragiri Hilir tiga titik, Kampar, dan Rokan Hulu dua titik serta Kota Pekanbaru satu titik panas.  Sementara itu, dari seluruh titik panas tersebut, dia menuturkan 99 di antaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat karhutla dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen hingga 100 persen.

"Titik api paling banyak ada di Bengkalis 26 titi, Meranti dan Pelalawan masing-masing 19 titik api," ujarnya.

Titik api turut menyebar di Kota Dumai 13, Rokan Hilir 11, Siak dan Indragiri Hulu masing-masing tiga, serta Rokan Hulu dan Indragiri Hulu dua titik dan terakhir Pekanbaru satu titik.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau menyatakan luas karhutla yang terjadi di wilayah tersebut sejak awal Januari hingga medio Maret 2019 mencapai 2.038 hektare.

"Sampai hari ini luas kebakaran mencapai 2.038 hektare. Terluas di Kabupaten Bengkalis yang mencapai 1.045,43 hektare," kata Kepala Pelaksana BPBD Riau, Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Selasa.

Edwar menjelaskan hingga Selasa, karhutla masih terus terjadi, terutama di wilayah pesisir Riau. Bahkan, dalam laporan harian BPBD, kebakaran tidak hanya melanda wilayah pesisir seperti Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir dan Meranti, melainkan terus meluas ke wilayah Kota Peanbaru dan Kampar.

Edwar merincikan, selain melanda wilayah Bengkalis dengan total luas lahan terbakar lebih dari 1.000 hektare, karhutla juga terjadi di sejumlah wilayah dengan luas terbakar diatas 100 hektare. Rokan Hilir, menurutnya, luas lahan terbakar tercatat hingga 294 hektare.

Selanjutnya di Dumai, luas lahan terbakar mencapai 146 hektare, Kabupaten Kepulauan Meranti 216,4 hektare dan Siak 139,75 hektare. Sementara di Pelalawan luas lahan terbakar tercatat 46 hektare, Indragiri Hilir 66,1 hektare, dan Indragiri Hulu 31,5 hektare.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement