REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia Teguh Dartanto menilai secara umum calon wakil presiden nomor urut 01 KH Maruf Amin dan nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno tidak menawarkan ide baru dalam debat cawapres putaran ketiga. Debat berjalan dengan datar.
"Secara umum debat cawapres kemarin berlangsung secara datar dan normatif. Tidak banyak ide-ide baru yang ditawarkan," kata Teguh di Jakarta, Selasa (19/3).
Teguh menilai kedua cawapres sangat santun dalam menyampaikan ide-idenya tanpa ada serangan tajam antara satu dengan yang lainnya. Pada isu kesehatan, lanjut Teguh, tidak ada perbedaan yang mencolok antara kedua pasangan cawapres.
"Mereka fokus pada isu stunting, Program Jaminan Kesehatan Nasional dan isu preventif. Tidak ada tawaran-tawaran baru, mereka lebih monolog menyampaikan ide-idenya," katanya.
Cawapres 01 KH Maruf Amin menurut Teguh lebih paham secara mendalam terkait isu stunting dibandingkan dengan Cawapres 02 Sandiaga Uno.
Sedangkan Sandi lebih eksploratif terhadap isu JKN dengan menjanjikan 200 hari pertama akan menyelesaikan isu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sandi berjanji mengundang ahli aktuaria dari Hongkong, sedangkan Ma'ruf menyangkat isu JKN secara normatif.
Namun Teguh menyayangkan kedua cawapres tidak mengangkat isu imunisasi yang sangat penting buat masa depan Indonesia. Cakupan imunisasi lengkap menurun dari 2013.
"Kedua cawapres lupa atau melupakan atau waktunya tidak cukup. Isu kedua adalah perilaku beresiko seperti merokok tidak dibahas sama sekali, padahal prevalensi merokok anak meningkat dari tahun 2013 ke 2018," tambah dia.