Selasa 19 Mar 2019 17:41 WIB

WWF: Kalimantan Perlu Jual Wisata Berbasis Alam dan Budaya

WWF memandang Kalimantan unggul berkat kekayaan alam dan budayanya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Reiny Dwinanda
Pedagang Pasar Terapung melakukan atraksi Jukung (perahu) di Desa Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Foto: Antara/Bayu
Pedagang Pasar Terapung melakukan atraksi Jukung (perahu) di Desa Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Untuk mendukung potensi wisata di Kalimantan, Chief Executive Officer World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Rizal Malik mengatakan, pemerintah Indonesia perlu mempromosikan destinasi wisata yang mengedepankan hubungan antara alam dan budaya. Menurutnya, Kalimantan dapat diunggulkan sebagai tujuan wisata tanpa mengurangi fungsinya sebagai paru-paru dunia. 

Rizal berpendapat, Kalimantan harus dilihat sebagai satu wilayah yang saling berkaitan erat antara ragam hayati dengan budayanya. "Itu harus jadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi para wisatawan,” kata Rizal di Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa (19/3).

Baca Juga

Rizal juga mengomentari inisiasi promosi multitahun Heart of Borneo atau Jantung Kalimantan oleh pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, yang bertujuan untuk mendukung wilayah Borneo sebagai pusat ekowisata. Rizal mengatakan, WWF sebagai lembaga non pemerintah di bidang konservasi mencermati upaya tiga negara tersebut untuk melindungi Jantung Kalimantan.

WWF mencatat, area tutupan hutan yang ada di Pulau Kalimantan terus berkurang kurun waktu 1950 hingga 2015. Terakhir, pada tahun 1950, seluruh wilayah Pulau Kalimantan masih merupakan hutan.

“Maka dari itu, Jantung Kalimantan ini punya peran penting untuk keberlanjutan hidup manusia di Kalimantan maupun di dunia,” ujar Rizal.

photo
Pedagang Pasar Terapung mengikuti Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2018 di Desa Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Total luas kawasan Jantung Kalimantan mencapai 23,44 juta hektare. Di Brunei Darussalam, wilayah Jantung Kalimantan mencapai 409,8 ribu hektare diikuti Malaysia seluas 6,13 juta hektare.

Di Indonesia, luas kawasan Jantung Kalimantan mencapai 16,8 juta hektare atau 71 persen dari keseluruhan luas di tiga negara. Namun, pada saat yang bersamaan, Kementerian Pariwisata mengakui pengembangan ekowisata di Indonesia jauh tertinggal dibanding Malaysia dan Brunei Darussalam.

Hal itu dikarenakan minimnya akses transportasi darat dan udara sehingga menyebabkan biaya pariwisata yang tinggi. Asisten Deputi Pengembangan Promosi I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani Mustafa mengatakan, saat ini wisatawan lebih mengenal Borneo sebagai kawasan wisata di Sabah dan Sarawak di Malaysia serta Brunei Darussalam.

“Implementasi program Heart of Borneo di Indonesia paling rendah,” kata Rizki Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa (19/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement