REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Kondisi zaman yang sudah berubah tentunya tidak bisa dihindari. Arus globalisasi dan berkembangnya teknologi yang begitu pesat telah menggerus rasa nasionalisme dan kebangsaan, dimana hubungan yang sebelumnya dekat menjadi terasa jauh karena generasi sekarang cenderung selalu menunduk untuk tenggelam dalam dunia maya.
“Perhatikan lingkungan kalian, saat lagi makan siang, yang dekat jadi jauh, yang jauh jadi dekat. Semuanya memegang handphone, interaksi langsung dengan orang yang dekat menjadi hal yang langka. Anak muda jadi individualis, kalau tidak ada hubungan dengan mereka, meraka tidak akan mau tahu, sehingga nilai kebangsaan, nasionalisme dan persaudaraannya secara tak langsung tergerus,” ungkap Komjen Pol Drs Suhardi Alius, saat memberikan kuliah umum dihadapan ribuan mahasiswa dan mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, Rejang Lebong, Bengkulu (8/3)
Tak hanya itu, mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas RI ini juga menekankan pentingnya filterisasi dalam berinternet, mengingat internet saat ini tidak hanya berisi hal-hal baik, tetapi juga hal buruk.
“Kita lihat internet sekarang, konten yang berada di dalamnya tidak hanya bermanfaat, tapi juga bisa membawa dampak yang buruk. Konten hoaks, kekerasan, pornografi bahkan penyebaran paham-paham radikal ada di internet. Tidak sedikit orang-orang yang dicuci otaknya hanya melalui internet, kemampuan kita memfilter yang menentukan,” kata mantan Kabareskrim Polri ini.
Alumni Akpol tahun 1985 ini juga menjelaskan dijaman sekarang, orang-orang terutama anak muda tidak lagi menjadikan IAIN atau sekolah pendidikan agama sebagai acuan menuntut ilmu agama, tetapi malah menjadikan internet sebagai sumber pembelajaran.
“Zaman sekarang orang belajar ilmu agama tidak lagi di IAIN, padahal banyak ustazdisini. Sekarang orang belajar agama dari ustaz Google, sehingga malah banyak yang terjebak pada ajaran yang salah dan menyesatkan,” ungkap mantan Kapolda Jawa Barat ini
Saat ditanya media terkait adakah perbedaan terkait bahan materi kuliah umum yang diberikan kepada mahasiswa dari IAIN dengan mahasiswa dari universitas lain, Kepala BNPT mengungkapkan bahwa mahasiswa IAIN nantinya akan menjadi tenaga pendidik. Hal tersebut tentumnya dibutuhkan suatu pemahaman dan bekal yang lebih kuat, sehingga bisa membimbing muridnya kelak dan tidak malah mejadi tenaga pengajar yang terpapar paham yang tidak benar.
“Mereka ini dipersiapkan untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, mereka menguasai masalah-masalah ilmu, bagaimana kita memberikan penjelasann dengan islam yang moderat, kepada anak didik mereka nantinya,dengan hal-hal semacam ini mereka bisa mengerti, mengindetifikasi masalah bagaimana dan bagaimana menuntun anak muridnya dimasa yang akan datang,” ungkapnya.