Senin 18 Mar 2019 06:54 WIB

MRT Jakarta Terapkan Sistem Kendali Terpusat

Sistem pengelolaan operasi MRT dikendalikan langsung dari Depo MRT Lebak Bulus.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ani Nursalikah
Uji Coba Publik MRT. Penumpang menunggu kereta MRT saat uji coba publik pengoperasian MRT fase I Koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (12/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Uji Coba Publik MRT. Penumpang menunggu kereta MRT saat uji coba publik pengoperasian MRT fase I Koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran transportasi Moda Raya Terpadu (MRT) di Ibu Kota Jakarta disebut-sebut sebagai era baru transportasi umum, khususnya kereta. Dari segi operasional kereta, banyak keunggulan yang dimiliki MRT. Salah satunya, sistem kendali kereta yang terpusat.

Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhammad Kamaludin mengatakan, sistem pengelolaan operasi armada MRT dikendalikan langsung dari Depo MRT Lebak Bulus. Pusat kontrol itu disebut sebagai Operational Control Center atau OCC.

Baca Juga

“Disitu semua diatur, mulai dari jadwal kereta, stasiun, sampai buka tutup pintu peron,” kata Kamal saat ditemui Republika.co.id saat uji coba pertama MRT Jakarta.

Menurut Kamal, terpusatnya sistem kendali itu akan memudahkan operator dalam memantau seluruh kegiatan armada, termasuk, jika sewaktu-waktu terdapat kegagalan sistem. Masing-masing stasiun MRT juga terdapat ruang kendali stasiun yang bisa mengontrol langsung kinerja stasiun setiap hari.

Sebagai antisipasi, Kamal mengatakan, di masing-masing armada ditempatkan satu orang masinis yang berjaga di kabin depan apabila ada gangguan tak terduga. Dengan begitu, armada bisa tetap dijalankan secara manual ketika pusat kendali mengalami gangguan.

photo
Kereta MRT melintas saat uji coba publik pengoperasian MRT fase I Koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Jakarta, Rabu (13/3).

“Dalam kondisi normal, masinis itu stand by dan tugasnya hanya menutup dan membuka pintu. Volume penumpang kan tidak selalu sama, terkadang pintu harus terbuka lebih lama untuk menunggu. Itu gunanya,” kata Kamal.

Berkaitan dengan penumpang, Kamal mengatakan, pada setiap tangga naik menuju peron terdapat dua kamera CCTV untuk bisa memantau langsung pergerakan penumpang. Gambar yang ditangkap oleh CCTV langsung tersambung ke kabin dan OCC. Karena itu, masinis dapat mengetahui berapa waktu yang dibutuhkan untuk pintu tetap terbuka sebelum armada kembali melanjutkan perjalanan.

Soal masinis, Kamal mengatakan, seluruh merupakan lulusan dari Akademi Perkeretaapian Indonesia di Madiun. Mereka baru menjadi masinis dan sudah melalui proses seleksi ketat serta sertifikasi sebagai syarat legalitas masinis MRT.

Namun, pada tahap pertama ini, semua masinis didampingi langsung oleh satu orang instruktur masinis. Mereka merupakan eks masinis KAI yang sudah berpengalaman.

Jumlah stasiun MRT pada fase I ini sebanyak 13 stasiun yang tersebar dari Bundaran Hotel Indonesia hingga Lebak Bulus. Total jarak yang ditempuh melalui 13 stasiun tersebut yakni sejauh 16 kilometer. Adapun waktu yang dihabiskan dalam satu kali perjalanan selama 30 menit.

photo
Uji Coba Publik MRT. Penumpang saat mengikuti uji coba publik pengoperasian MRT fase I Koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Jakarta, Selasa (12/3).

Sejak 12 hingga 24 Maret 2019, PT MRT Jakarta melakukan uji coba publik secara gratis. Antusiasme masyarakat pun cukup tinggi untuk bisa merasakan sensasi menaiki transportasi MRT pertama di Indonesia itu.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, MRT merupakan transportasi massal kereta tercanggih di dunia. Adapun teknologi yang digunakan oleh MRT Jakarta saat ini merupakan yang terdepan di dunia.

William mengatakan, bisnis MRT diperkirakan akan mulai berkelanjutan sekitar empat hingga lima tahun dari sekarang. Pada masa itu, MRT akan mulai dapat mandiri dalam mengelola operasional armada tanpa bantuan subsidi pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement