Ahad 17 Mar 2019 10:24 WIB

Pengamat: Debat Ketiga Jangan Jadi Reuni Ulama dan Santri

Pengamat menilai, Sandiaga harus menjelaskan secara rinci program-programnya.

Rep: Muhammad Riza Wahyu Pratama/ Red: Bayu Hermawan
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno. Ia memberikan keterangan kepada awak media di sela diskusi publik Parameter Politik Indonesia, Jumat (15/3).
Foto: Republika/Riza Wahyu Pratama
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno. Ia memberikan keterangan kepada awak media di sela diskusi publik Parameter Politik Indonesia, Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan, debat ketiga dikhawatirkan tidak berlangsung seru dan kurang substansial. Pasalnya, menurut Adi ada kecenderungan debat itu menjadi reuni ulama dan santri, (15/3).

"Soal debat nanti, saya khawatir Sandi hanya akan 'sami'na waato’na' dengan Kiai Maruf. Dalam berbagai kesempatan, Sandi bilang begitu. Saya tidak tahu apakah ini strategi politik atau bukan. Tapi, dalam tradisi pesantren, 'sami’na waato’na' itu artinya tidak ada bantahan," kata Adi.

Selain khawatir debat minim substansi. Dosen Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah itu mengatakan, sandi harus bisa menjelaskan setiap masalah secara rinci. Menurutnya, Prabowo-Sandi sering menyederhanakan isu.

"Prabowo-Sandi sering menyederhanakan persoalan. Harga mahal, betul itu terjadi, tapi berapa persentasenya, jangan semua disamakan," ucap Adi.

Kemudian, Adi menambahkan, masalah pendidikan perlu dielaborasi lebih jauh. Sandi harus menjelaskan konsep operasional dari visi misinya. Misalnya seperti Jokowi yang menyodorkan KIP (Kartu Indonesia Pintar) sebagai programnya.  Di sisi lain, Adi menuturkan, Kyai Maruf dan Sandi adalah dua sosok istimewa. Namun, Sandi adalah sosok yang sulit ditebak.

"Sandi sering bikin kejutan, tapi kita tunggu apa saja yang akan dilakukan untuk bangsa ke depan. Apakah mengelola negara sama dengan mengelola perusahaan?" katanya.

Anggapan debat ketiga sebagai reuni ulama dan santri berkaitan dengan latar belakang kedua cawapres. Selama ini Maruf Amin dikenal sebagai Ulama sepuh NU, ia juga merupakan Ketua MUI. Sedangkan Sandi, ia pernah dijuluki sebagai santri pasca Islamisme oleh Sohibul Iman.

Dalam beberapa kesempatan Sandi mengutarakan, ia tidak akan menyerang Maruf Amin. Ia akan bersikap sebagaimana murid dan kyainya. Sandi mengaku akan hormat dan 'sami'na wato'na'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement