Jumat 15 Mar 2019 07:37 WIB

Pemprov Harus Sosialisasikan Moda Transportasi Menuju MRT

PT MRT berjanji akan memperbaiki kekurangan selama uji coba

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Kereta MRT melintas saat uji coba publik pengoperasian MRT fase I Koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Jakarta, Rabu (13/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kereta MRT melintas saat uji coba publik pengoperasian MRT fase I Koridor Lebak Bulus-Bundaran HI di Jakarta, Rabu (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta masih mengupayakan integrasi antarmoda transportasi umum menjelang beroperasinya Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta. Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Tory Darmantoro meminta agar moda transportasi umum yang terintegrasi dengan MRT dan Lintas Rel Terpadu (LRT) segera diperkenalkan ke masyarakat.

"Integrasi pelayanan feeder-nya (armada pengumpan) harus dimulai diperkenalkan sejak sekarang baik MRT maupun LRT,\" kata Darmantoro saat dihubungi Republika, Kamis (14/3).

Ia mengatakan, saat ini, Pemprov DKI harus segera menyosialisasikan antarmoda apa saja yang dapat digunakan masyarakat untuk berpindah transportasi. Sehingga, ketika MRT fase I rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia (HI) mulai beroperasi komersial, warga sudah memahami dan tak bingung lagi.

Darmantoro menambahkan, hal itu diperlukan sebab pengguna transportasi umum di Jakarta tak hanya warga Jakarta. Melainkan, warga di luar wilayah yang juga harus diperhatikan, seperti Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.

Sehingga, lanjut dia, masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi berkurang. Sementara, mereka akan beralih untuk menggunakan transportasi umum yang sudah terintegrasi, bisa menjangkau permukiman warga hingga tempat tujuan.

Darmantoro menambahkan, DTKJ mendorong integrasi sistem pembayaran segera diwujudkan. Akan tetapi, yang menjadi catatan, harus dipertimbangkan perhitungan ketetapan tarif dan perancangan sistemnya.

"Penetapan tarif dan perancangan sistem itu harus dilakukan secara hati-hati agar subsidinya tidak jebol," kata dia.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Widjatmolo mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan antarmoda yang terintegrasi dengan MRT Jakarta. Ia mencontohkan, Pemprov sudah mencanangkan kawasan transit hub di Dukuh Atas.

Ia menjelaskan, perencanaan kawasan integrasi itu digagas oleh lima operator transportasi umum. Di antaranya, PT Kereta Commuterline Indonesia (KCI), PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Railink, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), PT MRT Jakarta, dan PT LRT Jakarta.

"Bagaimana menyediakan akses yang inklusif sehingga transit antarmoda juga bisa berjalan baik di kawasan Dukuh Atas," kata Sigit.

Ia menyebut, PT Transjakarta sudah merencanakan kerja sama dengan beberapa kota, seperti Kota Tangerang Selatan. Menurut Sigit, PT Transjakarta telah melaksanakan uji coba rute layanan dari Tangerang Selatan menuju Stasiun MRT Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI.

"Ini terus kita kembangkan dengan Depok, dengan Tangerang itu sudah kita kerjakan, artinya bagaimana menyelenggarakan MRT yang substain kuncinya adalah ridership (jumlah penumpang) sesuai dengan target yang ingin dicapai," jelas dia.

Ia menambahkan, Dishub DKI Jakarta akan menyediakan beberapa fasilitas park and ride di sejumlah titik dekat stasiun MRT. Fasilitas tempat parkir itu disediakan bagi warga yang menggunakan kendaraan pribadi untuk berpindah ke transportasi umum.

Selain itu, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) tengah berfokus untuk mengintegrasikan antarmoda di 13 stasiun MRT Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI. Kepala BPTJ Bambang Prihantono mengatakan, proses integrasi itu sudah mencapai 70-80 persen.

"MRT sudah 99 persen sudah siap beroperasi. Integrasinya sama integrasinya kira-kira 70-80 persen lah. Kita siapkan terus, kita sempurnakan terus," kata Bambang.

Ia menjelaskan, integrasi antarmoda dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah penumpang atau ridership. Termasuk pula menyediakan fasilitas park and ride agar warga mudah memarkirkan kendaraan pribadinya dan beralih ke kendaraan umum.

Bambang menambahkan, pihaknya tengah mempersiapkan tempat berhentinya ataupun parkir bus Transjakarta, angkutan kota (angkot), serta bus antarkota di beberapa stasiun MRT. Sehingga, lalu lintas di sekitar stasiun berjalan lancar.

"Kami lagi mempersiapkan ini, misalnya, Lebak Bulus nanti kalau ada Transjakarta parkirnya di mana, kemudian angkotnya di mana, kemudian nanti setelah itu kalau ada bus antarkota itu parkirnya di mana," jelas dia.

Perbaiki Sinyal dan Marka

Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta atau Ratangga fase I rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia mulai di uji coba publik sejak Senin (12/3) lalu. Uji coba ini dilakukan hingga 24 Maret 2019 mendatang menuju beroperasi secara resmi.

Berdasarkan uji coba publik pada hari pertama, PT MRT Jakarta akan mengevaluasi sejumlah hal dari masukkan warga yang menjajal MRT. Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin mengatakan, pihaknya kebanyakan menerima keluhan sinyal telepon seluler pada saat Ratangga melintas di rel bawah tanah.

"Jadi, untuk evaluasi kami kebanyakan mengenai sinyal handphone di bawah masih belum stabil," ujar Kamaluddin.

Ia mengaku, PT MRT Jakarta telah menyediakan perangkat keras untuk menunjang sinyal telekomunikasi di seluruh area. Akan tetapi, kata Kamaluddin, pihaknya akan meneruskannya dengan bekerja sama dengan operator telekomunikasi.

Selain itu, ia menyebut, masyarakat mengeluhkan terkait kurangnya petunjuk atau marka di area stasiun MRT dan di dalam ratangga. Di antaranya, petunjuk ke arah lift, eskalator, maupun tangga manual keluar atau masuk.

PT MRT Jakarta juga sedang menyiapkan sistem pembayaran tiketnya. Kendati tak bisa diuji coba kepada masyarakat, mesin ticketing sudah diuji coba dengan Bank Indonesia. Saat MRT Jakarta beroperasi secara resmi, pembayaran dapat dilakukan dengan kartu pembayaran elektronik yang dikeluarkan lima bank.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement