REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Indonesia dan Australia sepakat bergandeng tangan memperjuangkan perdamaian dunia. Caranya, dengan meningkatkan dan membangun hubungan baik jangka panjang antaragama dan kebudayaan, menekan persepsi-persepsi negatif antaridentitas yang berbeda, dan mengatasi radikalisme.
Komitmen tersebut disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Cecep Herawan pada pidato pembukaan Dialog Lintas Agama Indonesia-Australia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/3). Dialog lintas agama antara dua negara ini merupakan yang pertama kali digelar.
Pentingnya dialog lintas agama antara Indonesia dan Australia berulang kali ditekankan oleh kepala pemerintahan kedua negara pada kesempatan saling kunjung di tahun 2018. Pada 31 Agustus 2018, kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral ke tahap kemitraan komprehensif dan strategis. Dalam kemitraan tersebut, dialog lintas agama menjadi salah satu bidang yang disepakati untuk digalakkan.
Kesamaan dalam hal keberagaman, khususnya dari segi etnik, bahasa, dan agama, merupakan hal lain yang menjadikan dialog lintas agama di antara kedua negara penting. Kedua negara dapat saling belajar dari pengalaman dan praktik-praktik terbaik yang telah dilaksanakan dalam menjaga keharmonisan dalam keberagaman di masing-masing negara. Sebagai negara berpengaruh di kawasan, Indonesia dan Australia juga berkepentingan untuk menjaga keharmonisan di Asia Pasifik.
“Masyarakat Australia menjunjung tinggi nilai persatuan dalam kemajemukan dan menyadari bahwa pengakuan serta penghargaan terhadap keyakinan dan budaya yang berbeda-beda justru memperkuat masyarakat, bukan memperlemah” kata Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan melalui keterangan tertulis.
“Australia dan Indonesia memahami bahwa demokrasi yang maju dan kuat yang saat ini dinikmati oleh kedua negara adalah berkat kemajemukan masyarakatnya,” lanjut dia.
Para nara sumber dialog lintas agama RI dan Australia berfoto bersama seusai acara dialog.
ialog lintas agama pertama Indonesia-Australia ini diikuti oleh 80 orang peserta dari kedua negara yang terdiri dari pejabat pemerintah, tokoh dan intelektual lintas agama, praktisi media, perwakilan kelompok pemuda, dan para tokoh berbagai agama di Bandung.
Pembicara yang mewakili Indonesia dalam forum ini antara lain Dr Pradana Boy (wakil Staf Khusus Presiden untuk Isu Keagamaan Internasional), Dr Ahmad Munjid (peneliti senior pada Center for Security and Peace Studies UGM), Zulfiani Lubis (pemimpin redaksi IDN Times), Dr Saefudin Syafi’i (kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Kementerian Agama), dan KS Arsana (ketua Prajaniti Hindu Indonesia).
Sementara pembicara dari Australia antara lain Pendeta Samuel Green (ketua Bidang Hubungan Lintas Agama pada Gereja Anglikan Australia), Umesh Chandra (tokoh Hindu pada Universitas Queensland), dan Elizabeth Vaag (biarawati).
Forum dialog berlangsung dengan interaktif, di mana para peserta mendiskusikan isu-isu yang menjadi perhatian oleh kedua negara, antara lain agama, demokrasi, pluralisme, kebebasan berekspresi dan sebagainya. Secara spesifik, forum menghasilkan kesepakatan untuk memajukan dan meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, media, kepemudaan, dan peran serta kontribusi perempuan untuk perdamaian.
Selain forum dialog, pada tanggal 14 Maret 2019 juga dilakukan kegiatan Kuliah Umum dan pemutaran film serta kunjungan lapangan ke situs-situs keagamaan. Ada pula pemutaran dan diskusi film dokumenter pendek berjudul Da’wah garapan sutradara asal Italia, Italo Spinelli. Film ini berkisah tentang kehidupan sehari-hari di pesantren di Indonesia.
Setelah itu, dilakukan kunjungan lapangan ke Gang Ruhana (Desa Toleransi) dan Masjid Lautze. Kunjungan tersebut bertujuan memperkenalkan kepada delegasi Australia kondisi nyata kehidupan antarumat beragama di Indonesia.
Dialog Lintas Agama telah menjadi fitur tetap diplomasi publik Indonesia sejak 2004. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 31 mitra dialog lintas agama bilateral, dan Australia merupakan mitra dialog lintas agama bilateral yang ke-32.