REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Angka kejadian bencana di Kota Sukabumi mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Data yang dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi, Jawa Barat, memperlihatkan tren tersebut.
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengungkapkan, pada 2018, jumlah bencana secara keseluruhan mencapai sebanyak 155 kasus.
"Setehun sebelumnya, angkanya 160 kejadian dan pada 2016 ada 187 kejadian." ujarnya di sela-sela menerima kunjungan kerja Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) di Balai Kota Sukabumi, Selasa (12/3).
Kendati demikian, Fahmi mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi bencana. Ia menjelaskan, Sukabumi dengan luas 48 kilometer persegi secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis memiliki kerawanan bencana level sedang dan single hazard pada level tinggi.
Potensi Sukabumi mengalami longsor, kekeringan, cuaca ekstrem, dan letusan gunung berapi disebut berada di level sedang. Menghadapi potensi bencana ini, Fahmi mengungkapkan, Sukabumi telah memiliki perda penanggulangan bencana pada 2017 lalu.
Aturan itu mengamanatkan semua elemen masyarakat berperan dalam penanggulangan bencana. Sukabumi juga telah merevisi rencana tata ruang wilayah (RT/RW) 2018-2039. Di sana disebutkan kawasan rawan bencana 49 persen dari luas wilayah dan kawasan lindung 1.440 hektare.
Gambaran umum bencana di Sukabumi pada cuaca ekstrem menyangkut risiko pohon tumbang karena usianya sudah ratusan tahun. Selain itu, Sukabumi kerap banjir dan longsor ketika hujan.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Sosial Budaya, Setjen Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Laksamana Muda TNI Manahan Simorangkir mengatakan, Pemkot Sukabumi sudah siap dengan mengantisipasi bencana sudah sejak dua tahun silam. Sukabumi telah melakukan langkah mitigasi dan langkah sederhana pencegahan jatuhnya korban akibat bencana.
Misalnya, melatih anak-anak siaga bencana serta budaya lebih aman dan tertib menghadapi bencana. '' Kalau di daerah lain belum siap maka bisa contoh Sukabumi,'' ujarnya.