REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kebakaran hutan dan lahan yang melanda Provinsi Riau sejak awal tahun belum berdampak pada aktivitas penerbangan di Bandara internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
"Sejauh ini belum berdampak dengan aktivitas penerbangan. Jarak pandang masih relatif normal," kata Executive General Manager Bandara SSK II Pekanbaru, Jaya Tahoma Sirait, Senin (11/3).
Meskipun dia mengatakan dalam beberapa waktu terakhir landasan pacu Bandara SSK II Pekanbaru diselimuti kabut, namun dia mengatakan kondisi itu bukan disebabkan asap. Dia menyebut kabut itu adalah kabut akibat uap air.
"Memang sempat terganggu akibat kabut. Ada penundaan, namun tidak menyebabkan batal," ujarnya.
Ia mengatakan dalam 10 hari terakhir kondisi itu terjadi dua kali, yang menyebabkan jarak pandang sekitar 1.000 meter. Sedikitnya 1.400 hektare lahan di Provinsi Riau terbakar sepanjang 2019 ini.
Dalam beberapa waktu terakhir, Karhutla sempat menimbulkan kabut asap. Kota Pekanbaru pada pekan lalu sempat dilanda asap meski jarak pandang terpantau normal antara empat hingga delapan kilometer.
Disinggung aktivitas penerbangan di Bandara SSK Pekanbaru sepanjang 2019 ini, Jaya mengakui terjadi tren penurunan akibat dampak kenaikan tiket. Ia menjelaskan sepanjang triwulan pertama 2019 ini terjadi penurunan sekitar 30 persen.
"Sebelumnya penerbangan bisa 96 sampai 90, saat ini 70 sampai 80 (perhari). Anjlok hampir ke semua destinasi. Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan," tuturnya.
Ia berharap, perusahaan maskapai bisa secepatnya melakukan penyesuaikan harga tiket kembali agar mobilitas masyarakat kembali seperti semula. Dia menambahkan, pengaruh penurunan jumlah penerbangan, sudah ada satu atau dua toko di Bandara SSK II Pekanbaru yang tutup.
"Karena penjualannya drastis turun seiring dengan turunnya jumlah penumpang," ujarnya.