Senin 11 Mar 2019 16:15 WIB

TKN: Fitnah dan Kampanye Hitam di Jawa Barat Sangat Kuat

Jokowi mengakui elektabilitasnya menurun karena fitnah dan hoaks.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo berorasi saat menghadiri kegiatan Deklarasi Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan, Kota Bandung (10/3).
Foto: Abdan Syakura
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo berorasi saat menghadiri kegiatan Deklarasi Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan, Kota Bandung (10/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Ma'ruf Ace Hasan Syadzily menyebut bahwa fitnah dan kampanye hitam masih terus mewarnai kampanye menjelang Pemilu 2019. Ia menyebut, Jawa Barat menjadi wilayah yang lekat dengan dua hal tersebut.

"Ya itu yang kita rasakan juga saya sebagai orang di Dapil Jawa Barat 2 juga merasakan bagaimana fitnah dan kampanye hitam begitu sangat kuat mempengaruhi masyarakat," kata Ace di Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (11/3).

Baca Juga

Pernyataan Ace tersebut mengonfirmasi pernyataan Capres 01 Joko Widodo yang menyebut elektabilitasnya menurun diakibatkan fitnah dan hoaks yang beredar di masyarakat. Ace mengaku, ia yang juga calon legislatif terus menerus menemukan aduan hoaks saat ia menemui masyarakat.

"Setiap kali saya turun terutama ke ibu-ibu itu selalu dimintai klarifikasi soal betul atau tidak bahwa pemerintah Jokowi akan menghilangkan jilbab, betul atau tidak Pemerintah Pak Jokowi lima tahun yang akan datang akan menghilangkan pendidikan agama," kata Ace menjelaskan.

Politikus Golkar itu mengaku tidak tahu dari mana pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul dan menjadj penilaian para pemilih. Namun, Ace menduga adanya upaya kampanye hitam yang dilakukan secara diam-diam untuk menggembosi suara Jokowi - Maruf.

Mengatasi hal tersebut, Ace pun meminta relawan dan kader partai untuk melakukan klarifikasi bahwa isu yang beredar tidak benar. Menurut dia, mereka diminta semakin gencar meluruskan kabar karena isu sudah mulai menyentuh sentimen agama sebagai bahan kampanye hitam.

Anggota Komisi VIII DPR RI itu menuding sentimen agama hingga menggunakan masjid sebagai medium politik masih terus terjadi. Terlebih, kata dia, Capres 01 Jokowi masih terus diidentikkan dengan tokoh yang anti-Islam oleh sejumlah pelaku kampanye hitam.

"Sekarang ini misalnya kita lihat ada selebaran yang mengindikasikan mau menjadikan  masjid sebagai tempat untuk memulai pada saat mereka memilih dengan mengatakan kita harus memilih pemimpin yang pro terhadap umat islam. jadi masih sangat kuat sebagai wadah untuk kepentingan politik ya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement