REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rahma Sulistya, Mas Alamil Huda, Antara
Sebagai seorang Muslim, capres Joko Widodo (Jokowi) berulang kali mengungkapkan bahwa dirinya merasa dirugikan oleh sebaran hoaks atau fitnah yang meragukan keislamannya. Banyak beredar hoaks juga menuding bahwa Jokowi adalah seorang yang anti-Islam.
Hoaks dan fitnah terkait keislaman tentunya sangat merugikan bagi Jokowi dalam konteks politik. Apalagi, di negara mayoritas Muslim, citra keislaman Jokowi tentunya sangat memiliki dampak elektoral.
Sadar akan semakin gencarnya sebaran hoaks dan fitnah terhadap Jokowi jelang pilpres 2019, beberapa tokoh kemudian muncul untuk menerangkan tentang keislaman Jokowi. Salah satunya adalah KH Abdul Qarim, yang juga merupakan guru mengaji Jokowi.
Dalam sebuah diskusi bertema "Islam Kaffah ala Jokowi" di Cikini, Jakarta Pusat, Ahad (10/3), Gus Qarim memberikan kesaksian terhadap sisi keislaman Jokowi yang tidak perlu diragukan lagi. Semua isu fitnah dan berita bohong terhadap Jokowi ditepis oleh dia yang memang sudah membina Jokowi sejak Jokowi masih menjadi calon wali kota Solo.
"Perlu saya sampaikan, saya sudah dengan beliau sejak sekitar 2000-an. Beliau sering ikut pengajian-pengajian, juga pengajian-pengajian pengusaha Muslim. Saya sering dimintai ceramah. Beliau hadir dan aktif,” ujar Gus Qarim.
Menurut Gus Qarim, Jokowi adalah sosok yang aktif di setiap pengajian. Dan dalam setiap pengajian yang diikutinya, Jokowi pasti selalu melontarkan pertanyaan kepada para ustaz. Salah satu pertanyaan Jokowi yang paling diingat oleh Gus Qarim, "Bagaimana seseorang ingin naik haji tetapi hanya memiliki uang jutaan rupiah saja?’"
Aktifnya Jokowi dalam setiap pengajian ini menjadi salah satu alasan kuat bahwa Jokowi adalah sosok yang memihak pada ulama dan menjunjung tinggi Alquran dan hadis. Apalagi, pada saat Pilkada Wali Kota Solo, dan salah satu kandidat calonnya adalah Jokowi, tidak pernah ada isu-isu mengenai Jokowi PKI, Jokowi kejawen, dan sebagainya.
“Waktu musim Pilkada Solo, ada empat pasang calon. Yang membuat istimewa, keempatnya merupakan ahli pengajian dan saya membina semuanya,” papar Gus Qarim.
Setelah dilantik menjadi wali kota Solo, sejumlah kebijakan yang memihak umat Islam seringkali digagas oleh Jokowi, misalnya sebelum Karnaval Batik dimulai waktu itu diadakan dahulu shalawat keliling. Terobosan paling besarnya adalah salah satu lokalisasi ternama di Solo yang bernama Silit, dibongkar oleh Jokowi dan dijadikan Islamic center yang masih berjalan hingga sekarang.
“Selain itu, beliau juga menjadikan rumah dinas beliau untuk Tarawih anak-anak. Lalu, waktu itu ada Tarawih keliling (tarling) ke masjid-masjid dan shalat sebanyak 23 rakaat, lalu dalam sebulan bacaan shalatnya khatam Alquran, dan Pak Jokowi selalu ikut tarling ini,” papar Gus Qarim.
Masih banyak hal lagi yang telah dilakukan Jokowi semasa ia menjabat sebagai wali kota Solo, yang dikatakan Gus Qarim, hampir semua yang dilakukan Jokowi adalah hal-hal yang memihak pada umat Islam. Ia meminta seluruh pihak agar berhenti menyebarkan isu-isu fitnah atau berita bohong tentang keislaman seorang Jokowi.
“Jadi, Islam beliau tidak perlu diragukan lagi. Kafahnya itu disempurnakan dengan akhlakul karim yang ia miliki,” kata Gus Qarim.
Dalam kesempatan berbeda, Nurdin Aman Tursina (73 tahun), ayah angkat Jokowi, menegaskan, fitnah yang ditujukan kepada Jokowi adalah tindakan tidak beradab dan menghasut. Salah satunya adalah fitnah bahwa Jokowi anti-Islam.
"Kalau enggak pilih anak angkat saya, enggak apa-apa, tapi jangan difitnah," kata Nurdin Aman Tursina saat menerima kunjungan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di kediamannya, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Sabtu (9/3).
Menurut Nurdin, pihak yang memfitnah Jokowi sebagai anti-Islam tidak mengenal Jokowi sesungguhnya. Nurdin menyatakan, Jokowi yang tinggal dan bekerja di Bener Meriah (dahulu Aceh Tengah) pada 1985 hingga 1988 adalah Muslim yang taat beribadah.
"Joko rajin shalat berjamaah di mushala dekat rumah saya," kata H Nurdin yang menjadi imam dan pengurus di mushala tersebut.
Bahkan, kata Nurdin, Jokowi yang saat itu bekerja di pabrik kertas di Aceh Tengah rela berkorban untuk pembangunan mushala. Pada 1988, ketika H Nurdin menyampaikan maksudnya kepada Joko Widodo untuk merenovasi mushala itu, Joko Widodo menyatakan agar H Nurdin mengambil material yang dibutuhkan di toko material.
"Semua material itu Jokowi yang membayarnya," katanya pula.
H Nurdin juga berani menjamin ketaatan Joko Widodo dalam beribadah, mengingat pada saat Joko Widodo berada di lingkungan rumahnya di Bener Meriah, dia rajin shalat berjamaah di mushala itu. "Bahkan, Jokowi sering menjadi imam shalat Maghrib," ucapnya.
Nurdin juga bertutur, Jokowi muda bersama beberapa temannya tinggal di rumah merah dekat rumahnya, tapi dia sering main dan bersilaturahim ke rumah H Nurdin. Setelah menikah dengan Iriana, Jokowi masih tinggal di dekat rumah H Nurdin.
"Jokowi meninggalkan Aceh pada 1988 karena situasi waktu itu kurang aman. Jokowi sudah memiliki bayi bernama Gibran," katanya lagi.
Jokowi waktu itu meninggalkan tiga ekor kambing kepada H Nurdin untuk akikah putranya. "Jokowi itu orangnya sangat baik dan tulus. Sulit mencari orang sebaik Jokowi," katanya pula.
Karena itu, H Nurdin sangat menyayangkan fitnah yang ditujukan kepada Joko Widodo. "Kalau boleh marah, saya marah kepada pihak yang memfitnah Jokowi," katanya lagi.
Para ulama di Kabupaten Pidie, Aceh, juga mengajak masyarakat di Serambi Makkah untuk tidak mudah percaya hoaks yang menyudutkan calon presiden. Mereka mengajak semua pihak untuk menghentikan fitnah tentang status keislaman capres-cawapres karena semua calon adalah Muslim.
Pemimpin Dayah atau Pondok Pesantren Ikramul Fata, Tengku Muzakir Al Wahab, mengatakan, dari segi dhahir atau keislaman lahiriah, Jokowi tak perlu diragukan. Sejak lahir ia telah memeluk agama tersebut. Oleh karena itu, hoaks haram memilih Jokowi tidak berdasar.
"Kita melihat secara dhahir, kan kita lihat Pak Jokowi Islam, secara dhahir harus hukum yang dhahir, secara hukum itu yang itu," kata dia di Pidie, Aceh, Jumat (8/3).
Tengku Muzakir membenarkan banyaknya fitnah terhadap pasangan Jokowi-Maruf. Salah satunya adalah informasi hoaks tentang Jokowi yang disebut anti-Islam. Namun, keriuhan itu diyakini lebih banyak terjadi di media sosial. Masyarakat Aceh diyakini tidak termakan kebohongan itu.
"Jadi tidak haram (memilih Jokowi-Ma'ruf), karena kan dia (Jokowi-Maruf) orang Islam," ujar Tengku Muzakir.
Pertemuan ini dihadiri 25 dayah di Pidie. Utusan khusus KH Maruf Amin yang hadir dalam pertemuan tersebut, Lukmanul Hakim, mengatakan, fitnah-fitnah terhadap pasangan nomor urut 01 harus diluruskan. Fitnah, menurut dia, adalah cara tidak beradab yang perlu dilawan.
Wakil Ketua MUI itu mengatakan, Jokowi dan Kiai Maruf berpesan kepada masyarakat Aceh untuk mengisi pilpres dengan damai tanpa fitnah dan hoaks. "Masyarakat Aceh juga menyadari bahwa fitnah dapat merusak dan memorakporandakan sejarah, Aceh juga sempat porak poranda gara-gara fitnah," kata dia.
“Jadi Islam beliau tidak perlu diragukan lagi. Kafahnya itu disempurnakan dengan akhlakul karim yang ia miliki,” Gus Qarim.
Elektabilitas turun
Jokowi meminta masyarakat untuk memerangi hoaks. Hal itu disampaikannya saat mengisi pidato dalam Festival Indonesia Satu di Gedung Istora Senayan pada Ahad, (10/4).
Dalam kegiatan itu, mayoritas dihadiri oleh milenial yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Jokowi mengakui elektabilitasnya turun akibat serangan hoaks. Diketahui, beberapa waktu lalu muncul serangan hoaks pada paslon 01 di Karawang.
"Di banyak daerah turun elektabilitas karena hoaks. Kita harus respons cepat. Enggak cuma di medsos tapi door-to-door. Jangan sampai enggak direspons, ini harus dilawan. Sekali lagi, ini harus dilawan," ujarnya.
Jokowi menganggap hoaks juga berbahaya bagi negara. Salah satu dampak hoaks ialah memunculkan gesekan di masyarakat lewat isu sensitif.
"Jangan dibiarkan, bahaya bagi negara kita. Saya titip ini dijaga betul," ujarnya.
Di sisi lain, Jokowi mengajak masyarakat untuk menyalurkan hak pilihnya. Ia berharap para pemilih tidak golput pada Pemilu 2019.
"Mari kita gaungkan jangan satu orang pun golput, ajak kawan, tetangga, saudara berbondong-bondong ke TPS terdekat dari rumah. Jangan golput," pintanya.
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru mereka evaluasi publik nasional terkait dukungan calon presiden dan integritas penyelenggara pemilu. Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengungkapkan, survei terhadap 1.426 responden menunjukkan bahwa elektabilitas calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin lebih tinggi dibandingkan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Ini temuan yang signifikan, nyata dan jelas meyakinkan bahwa calon yang satu lebih unggul atas calon lain," ujar kata Deni di Kantor SMRC Jakarta, Ahad (10/3).
Adapun dalam survei ini, peneliti menanyakan, "Seandainya pemilu dilakukan sekarang, siapa pasangan capres dan cawapres yang akan dipilih?" Hasilnya, 54,9 persen memilih pasangan Jokowi-Amin. Sementara, pemilih pasangan Prabowo-Sandi sebesar 32,1 persen.
Kemudian, sebanyak 13,0 persen menyatakan tidak tahu atau merahasiakan pilihannya. "Selisih keduanya sekitar 23 persen, bila pilpres dilakukan saat survei," kata Deni.
Survei SMRC dilakukan pada 24 Januari 2019 sampai 31 Januari 2019, dengan melibatkan 1.426 responden yang dipilih secara acak di seluruh Indonesia. Margin of error dari survei ini adalah 2,65 persen.

Jokowi dan Kartu-Kartunya