Kamis 07 Mar 2019 00:33 WIB

Hasil Survei Undecided Voters Polmark Dipertanyakan

Sampel survei yang tidak dilakukan bersamaan bisa pengaruhi opini masyarakat.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Indira Rezkisari
Direktur Public Opinion & Policy Research atau Populi Center Usep S. Ahyar
Foto: Gumanti Awaliyah
Direktur Public Opinion & Policy Research atau Populi Center Usep S. Ahyar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Usep S Ahyar mempertanyakan hasil survei yang diumumkan lembaga survei Polmark Indonesia. Menurut dia, angka 'undecided voter' atau pemilih yang belum menentukan pilihan tidak lazim dibanding lembaga survei lainnya.

"Survei itu dipertanyakan banyak orang, karena dihitung dari sekian banyak dapil tapi waktunya tidak bersamaan. Dibanding dengan lembaga survei lain memang masih tinggi tapi tidak sebesar itu," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (6/3).

Perlu diketahui, PolMark baru saja merilis hasil survei yang dilakukan sejak Oktober 2018 hingga Februari 2019 degan menyatakan elektabilitas Jokowi berada pada 40,4 persen, dan Prabowo-Sandi mendapatkan elektabilitas 25,8 persen. Sedangkan, angka undecided voter berada pada 33,8 persen.

Menurutnya, akumulasi sampel atau responden memang cukup besar dengan 73 daerah pemilihan (dapil) dari total 80 dapil di seluruh Indonesia. Namun, Ahyar meyayangkan waktu pengambilan sampel tidak dilakukan secara bersama sehingga akan mempengaruhi opini masyarakat yang mudah berubah.

"Jumlah yang sedikit misal 1.200 tapi dilakukan bersamaan akan lebih bagus dibanding penggabungan begitu, walaupun besar jumlahnya tapi waktunya berbeda," ungkapnya

Direktur Riset Populi Center itu menerangkan ada perubahan sikap pemilih yang cukup cepat karena disebabkan oleh peristiwa. Ahyar mencontohkan, perubahan sikap atau perilaku bisa saja terjadi setelah adanya debat, adanya tim sukses yang sedang kampanye di daerah responden, atau tokoh yang dianut baru saja menentukan pilihan ke salah satu calon.

"Semisal minggu ini sebelum depat, awalnya tidak memilih tapi setelah debat, karena penampilan salah satu calon bagus, akhirnya memilih," tuturnya.

Dia menambah, Polmark seharusnya bisa menerangkan temuan yang menyebut 33,8 persen undecided voters. Padahal, lanjut dia, rata-rata lembaga survei angka undecided voter hanya di angka 20-15 persen. "Kalau membandingkan dengan lembaga survei lain itu ketinggian, karena rata-rata lembaga survei yang lainnya itu hanya 15-20 persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement