Senin 04 Mar 2019 16:11 WIB

NTB Targetkan Produksi Garam Rakyat Hingga 180 Ribu Ton

Produksi garam rakyat NTB itu dari potensi lahan tambak seluas 9.789 hektare

Pekerja memanen garam (ilustrasi)
Foto: Antara/Saiful Bahri
Pekerja memanen garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Kelautan dan Perikanan Nusa Tenggara Barat menargetkan produksi garam rakyat bisa mencapai 180 ribu ton. Angka tersebut berasal dari potensi lahan tambak seluas 9.789 hektare.

"Kami ingin mendorong industrialisasi garam semakin berkembang karena dari potensi lahan seluas 9.789 hektare, namun baru termanfaatkan 2.348 hektare," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, H Lalu Hamdi, di Mataram, Senin (4/3).

Baca Juga

Data DKP NTB mencatat sebaran potensi lahan produksi garam rakyat tersebar di Kabupaten Lombok Barat seluas 142,10 hektare dari potensi yang ada seluas 354,19 hektare. Selain itu, di Kabupaten Lombok Tengah seluas 369,40 hektare, namun yang termanfaatkan 58,04 hektare. Ada juga di Kabupaten Lombok Timur seluas 1.383,13 hektare, namun yang sudah termanfaatkan 263,82 hektare.

Sementara di Kabupaten Sumbawa mencapai 3.555 hektare, namun yang sudah dimanfaatkan 101,93 hektare. Sedangkan di Kabupaten Bima mencapai 4.068 hektare, namun yang sudah berproduksi 1.743,02 hektare. Dan Kota Bima memiliki potensi lahan garam rakyat seluas 60,20 hektare, namun baru dimanfaatkan 40 hektare.

Untuk mencapai target produksi, kata Hamdi, pemerintah akan memberikan bantuan kepada para petani garam rakyat, baik di Pulau Lombok, maupun di Pulau Sumbawa.

Bantuan yang akan diberikan berupa peralatan produksi dan penerapan teknologi geoisolator pada lahan tambak secara terintegrasi. Sumber anggarannya berasal dari APBD dan APBN.

Ia menjelaskan penerapan teknologi geoisolator pada lahan tambah terintegrasi bertujuan agar kandungan NACL garam yang diproduksi bisa mencapai 90 persen.

"Dari pola tersebut, harapan kami minimal 50 persen dari total 180.000 produksi garam rakyat mengandung 90 persen NACL. Sekarang ini masih rata-rata 80 persen," ujarnya.

Secara teknis, ia menyebutkan tahapan produksi garam dibagi menjadi tiga. Mulai dari menyiapkan lahan khusus sebagai tandon atau penampung air laut, kemudian dialirkan ke lahan ulir.

Lahan ulir tersebut diharapkan akan memberikan ruang bagi zat-zat yang tidak dibutuhkan untuk garam untuk mengendap sehingga semakin berkurang bahkan tidak ada zat yang ikut mengganggu dalam kebutuhan produksi garam.

"Setelah itu, air laut dialirkan dari lahan ulir menuju lahan murni yang sudah dilapisi geoisolator," kata Hamdi. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement