REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pangkalan TNI Angkatan Udara Sri Mulyono Herlambang di Palembang menyiagakan lima unit helikopter untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun ini. Komandan Lanud Sri Mulyono Herlambang (SHM) Kolonel Pnb Heri Sutrisno mengatakan sebagian besar helikopter itu berjenis pengebom air (water bombing).
"Saat ini status kami sudah siaga, beberapa rapat koordinasi dalam Tim Satgas Penanganan Karhutla mulai sering dilakukan untuk penyiapan sarana dan prasarana," kata Heri yang dijumpai seusai Kuliah Kerja Pasis Seskoau A-105 di Griya Bina Praja Pemerintah Provinsi di Palembang, Rabu (27/2).
Ia mengatakan, Sumsel yang memiliki luas lahan gambut seluas 1,4 juta hektare fokus pada berbagai kegiatan mitigasi untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kegiatan pemantauan ini dilakukan secara rutin melalui satelit untuk mengetahui kondisi terkini dari lokasi yang selama ini rawan terbakar.
Meski belum menggunakan armada udara untuk memantau langsung, Heri memastikan kondisi terbaru tidak pernah luput dari pemantauan Tim Satgas Udara. "Semuanya bersifat tentatif. Jika kondisi mendesak, jangankan armada yang ada ini dikerahkan semuanya, kami pun bisa minta tambahan helikopter ke tingkat pusat," kata dia.
Kebakaran hutan dan lahan di sejumlah kabupaten dan kota di Provinsi Riau yang terjadi sejak Januari hingga Februari 2019 ini terus meluas hingga mencapai 1.136 hektare. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau merilis, Selasa (26/2), angka itu melonjak lebih dari 150 hektare dalam kurun waktu kurang dari 48 jam terakhir.
Kondisi di Riau juga menjadi perhatian Tim Satgas Karhutla Sumsel karena kondisi alamnya yang relatif sama yakni terdiri atas hutan gambut dan lahan perkebunan sawit. Meski musim kemarau di Sumatra Selatan tahun ini diprediksi terjadi mulai April hingga Oktober 2019, tapi kewaspadaan akan ditingkatkan lebih awal.